Nationalgeographic.co.id—Pada Abad Pertengahan, para bangsawan yang memiliki masalah sering menyelesaikannya dengan cara duel atau mereka menyebutnya “judicial combat”. Metode ini marak dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil maupun besar di berbagai negara Eropa.
Pedang dan pistol adalah senjata yang biasa digunakan dan masih disukai hingga akhir era Victoria. Menurut penulis sejarah dari Kanada, Rupert Taylor, tak ada ketentuan pasti bagaimana duel harus berlangsung. Hal ini diserahkan pada pihak yang mengajukan. “Terkadang, pilihan yang sangat imajinatif mereka buat.”
Balon Udara dan Pemuras
Pada tahun 1808, dua orang Prancis, Monsieur de Grandpré dan Monsieur le Pique, terlibat dalam “judical combat”. Mereka memperebutkan kasih sayang Mademoiselle Tirevit, seorang penari di Paris Opera.
Masing-masing pria tersebut mengaku bahwa Tirevit adalah cinta sejati mereka. Karena tak terima, mereka memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang terhormat, yaitu duel.
Namun mereka juga memutuskan untuk tidak menggunakan pedang dan pistol yang dapat menyebabkan kekacauan.
Mereka memilih untuk menentukan siapa yang akan menggandeng tangan wanita itu dengan menggunakan balon dan pemuras–senapan berkaliber besar yang mengembang di moncong dan diisi dengan peluru bola timah.
“Pada pagi hari tanggal 3 Mei, kedua pria itu naik ke keranjang balon udara mereka. Kerumunan besar penonton telah berkumpul untuk menyaksikan acara yang tidak biasa ini,” Kata Taylor.
Pada ketinggian sekitar 2.000 kaki, Monsieur le Pique, yang bertekad untuk menjadi pihak yang dirugikan, melepaskan tembakan pertama dan meleset.
De Grandpré kemudian membidik dan ledakan pelurunya tepat sasaran. Balon udara Le Pique mengempis dan jatuh ke tanah di mana dia "hancur berkeping-keping di atas atap rumah."
Duel Sosis