Sejarah Dunia: ketika Putri Kekaisaran Tiongkok Jadi Mata-Mata Jepang

By Sysilia Tanhati, Kamis, 2 November 2023 | 19:00 WIB
Dalam sejarah dunia, kisah hidup Yoshiko Kawashima tampak seperti di film-film. Ia terlahir sebagai seorang putri Kekaisaran Tiongkok yang kemudian menjadi mata-mata Jepang. (Kamisaka Fuyuko )

Para pejabat Jepang sangat ingin menggunakan dia sebagai tokoh masyarakat. Sebagai kaki tangan Jepang, Kawashima mendapatkan ketenaran di Jepang.

Meski begitu, Kawashima tetap menonjolkan identitasnya sebagai putri dari Kekaisaran Tiongkok dan pahlawan di Jepang.

Dalam salah satu pidatonya, ia menjelaskan, “Sebagai komandan saya telah beberapa kali menghadapi hujan tembakan. Saya bahkan menderita tiga luka tembak. Tapi ketika saya memikirkannya, saya melihat bahwa, kawan atau lawan, kita semua adalah saudara.”

Akhir dari Yoshiko Kawashima dalam sejarah dunia

Pada tahun 1940, sosok romantis putri Manchu yang menunggang kuda sudah tidak ada lagi. Militer Jepang sudah muak dengan Kawashima. Ia sangat menonjol sebagai mata-mata dan terlalu keras kepala untuk dipercaya.

Di akhir hidupnya, sang putri mengalami kecanduan morfin dan opium serta menderita sifilis. Kawashima juga memeras warga kaya Tiongkok sebelum dia ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Pada tahun 1941, Kawashima kelelahan, kesepian, dan terkatung-katung. Dengan hanya ditemani monyet peliharaannya, dia kembali ke Beijing yang diduduki Jepang. Di kota itu dia tinggal sampai akhir Perang Dunia II.

Ketika pasukan Tiongkok perlahan-lahan membalikkan gelombang ekspansi Jepang, uang Kawashima mengalir deras. Semua hartanya dihabiskan untuk memenuhi kecanduan narkoba dan mendapatkan perlindungan dari militer melalui suap.

Pada bulan Agustus 1945, pasukan Soviet menginvasi Manchukuo, merebut Puyi dan mengakhiri rezim Jepang. Pada 10 Oktober 1945, pasukan Tiongkok merebut kembali Beijing.

Keesokan harinya, petugas polisi menangkap Yoshiko Kawashima, alias Jin Bihui, alias Eastern Jewel.

Dituduh melakukan pengkhianatan, Kawashima dicap sebagai hanjian (pengkhianat ras) dalam persidangan yang dipublikasikan secara luas. Ketika hakimnya kekurangan bukti, mereka beralih ke novel yang ditulis tentang dirinya atau berita sensasional yang dicetak selama bertahun-tahun.

“Seluruh hidup saya dibentuk oleh gosip palsu,” kata Kawashima dari penjara, “dan saya akan mati karena gosip palsu yang menyerang.”

Sang putri benar. Masyarakat Tiongkok, yang marah atas kebrutalan Jepang selama bertahun-tahun, menuntut hukuman mati bagi “Mata Hari dari Timur”.

Pada tanggal 25 Maret 1948, Yoshiko Kawashima dibawa ke halaman penjara yang tertutup es. Ia ditembak satu kali di bagian belakang kepala.

Meski telah meninggal, reputasinya terus bertahan dalam sejarah dunia. Pesona dan kecerdikannya tetap ada setelah kematiannya. Bahkan rumor tentang pelarian rahasianya terus berlanjut selama bertahun-tahun.