Nationalgeographic.co.id—Hutan mangrove mungkin tidak terlihat besar dan penting. Pohon mangrove mungkin memiliki akar udara atau akar di atas tanah yang aneh. Dan, ya, pohon mangrove juga dikelilingi oleh lumpur yang mengalir.
Namun penampilan bisa menipu. Semak dan pepohonan yang luar biasa ini merupakan tempat berkembang biaknya banyak spesies ikan, kerang, dan kepiting.
Mangrove terbukti melindungi garis pantai kita dari erosi, gelombang badai, angin, dan banjir. Dan lumpur itu? Ini adalah salah satu cara biologis terbaik yang kita ketahui untuk menyimpan karbon.
Jasa ekosistem ini sangat berharga. Namun masyarakat sering kali tidak menyadari apa yang hutan mangrove tawarkan sampai mereka kehilangan jasa budidaya perikanan, kayu bakar, atau permukiman dari hutan tersebut.
Alvise Dabalà, Anthony Richardson, Daniel Dunn, dan Jason Everett, para peneliti dari University of Queensland, menulis di The Conversation bahwa melestarikan hutan mengrove dengan mendeklarasikan taman dan kawasan lindung lainnya merupakan solusi yang logis.
"Namun sering kali, suatu negara menganggap kawasan yang dilindungi sebagai sebuah kerugian, membatasi pemanfaatannya oleh manusia, dan mengabaikan manfaatnya bagi manusia," tulis mereka.
"Penelitian baru kami menunjukkan bahwa Anda tidak harus memilih antara alam dan manusia. Melindungi hutan mangrove merupakan sebuah solusi yang saling menguntungkan, mengingat betapa berharganya hutan mangrove bagi masyarakat pesisir, nelayan, dan perjuangan melawan perubahan iklim."
Ketika negara-negara berupaya melestarikan 30% lahan dan perairannya pada akhir dekade ini, negara-negara yang cukup beruntung memiliki hutan mengrove harus beralih ke wilayah pesisir.
Mengapa mangrove begitu penting?
Mangrove tumbuh subur di pesisir pantai, berada di antara daratan dan lautan. Mereka pertama kali berevolusi antara 100 juta dan 65 juta tahun yang lalu. Masing-masing dari 65 spesies mangrove merupakan semak atau pohon yang seiring waktu berevolusi untuk hidup di air asin atau air payau.
Pohon-pohon ini sangat tangguh, mampu bertahan hidup di air payau dan kondisi rendah oksigen, yang dapat membunuh pohon-pohon lain. Untuk bertahan hidup, mereka telah memperoleh adaptasi seperti akar udara yang dapat menyerap oksigen. Akar-akar yang kusut ini menjadi tempat persembunyian yang sangat baik bagi makhluk-makhluk darat dan laut, termasuk ikan mudskipper yang mampu bertahan hidup di luar air.
Akar kompleksnya merupakan tempat berkembang biak yang ideal bagi ikan muda, kepiting, dan udang dengan menyediakan tempat berlindung dan tempat mencari makan. Pada gilirannya, pembibitan ini menjaga kesehatan populasi, melestarikan perikanan komersial, serta sumber protein langsung bagi masyarakat pesisir.
Akar mangrove yang kuat dan kusut melindungi pohon itu dari kekuatan terjangan ombak, gelombang badai, dan angin. Pada gilirannya, hal ini membantu orang-orang yang dapat berlindung di balik tembok hijau ini dan melindungi rumah kita.
Mangrove juga berperan sebagai cara alami untuk mengatasi perubahan iklim. Akarnya memerangkap sedimen, mengubur karbon anorganik dan organik dalam prosesnya.
Mangrove juga menyimpan karbon dalam biomassanya. Secara keseluruhan, hutan laut ini menyimpan karbon hampir tiga kali lipat dibandingkan hutan hujan tropis, dua kali lipat dibandingkan rawa gambut, dan hampir tujuh kali lipat dibandingkan lamun.
Perlu pendekatan yang berbeda
Meskipun hutan mangrove memberi kita banyak manfaat, banyak manfaat yang baru terlihat ketika ekosistem ini musnah.
Sayangnya, hutan mangrove sering kali ditebangi untuk dijadikan lahan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman, atau untuk kayu bakar. Diperkirakan 20–35% hutan mangrove dunia telah hilang sejak tahun 1980.
Kabar baiknya, kehilangan hutan mangrove telah menurun secara signifikan. Kita sekarang kehilangan sekitar 0,13% per tahun.
Kawasan lindung merupakan cara yang baik untuk mengurangi hilangnya hutan mangrove. Ketika pemerintah berencana untuk menciptakan kawasan ini, tujuannya biasanya adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati sekaligus meminimalkan konflik dengan pemanfaatan oleh manusia.
"Dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa jaringan kawasan lindung di seluruh dunia tidak berfungsi dengan baik dalam melindungi keanekaragaman hayati mangrove atau manfaat ekosistem yang diberikan oleh mangrove." tulis tim penelti. "Faktanya, ini tidak lebih baik daripada hanya memilih area secara acak."
Hal ini berarti hutan mangrove dengan prioritas tinggi yang penting bagi keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem tidak dilestarikan dengan baik. Perluasan jaringan yang ada saat ini dapat memecahkan masalah ini.
Saat ini, taman dan kawasan lindung lainnya mencakup sekitar 13% hutan mangrove dunia, yang tersebar di wilayah tropis. Meningkatkan angka ini hingga 30%—sejalan dengan target konservasi keanekaragaman hayati yang disepakati oleh 196 negara tahun lalu—akan memberikan manfaat.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa hal ini akan melindungi rumah dan infrastruktur senilai 25,6 miliar dolar Australia [setara Rp260 triliun], melindungi enam juta orang dari banjir pesisir, dan menyimpan lebih dari satu miliar ton karbon tambahan. Selain itu, para nelayan akan mendapatkan tambahan 50 juta hari keberhasilan penangkapan ikan dalam setahun."
Bahkan lebih baik lagi, tim peneliti menemukan bahwa optimalisasi konservasi keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem hanya memerlukan 3–9% lebih banyak kawasan yang dilindungi dibandingkan dengan kawasan perlindungan mangrove yang hanya berdasarkan pada penyelamatan spesies saja.
Hutan Mangrove di Asia dan Oseania
Hutan mangrove yang sangat membutuhkan perlindungan hampir semuanya terdapat di Asia (63% dari total) dan Oseania (17%). Di wilayah ini terdapat hutan mangrove dengan keanekaragaman hayati yang besar yang mendukung industri perikanan dan banyak masyarakat pesisir.
Indonesia merupakan salah satu hotspot khusus, mengingat terdapat 17.000 pulau yang sering dikelilingi oleh hutan mangrove. Hutan mangrove di India, Vietnam dan Papua Nugini juga memerlukan perlindungan yang lebih baik.
Australia melakukannya dengan cukup baik. Sekitar 18% hutan mangrove di negara itu dilindungi, berada di atas rata-rata global sebesar 13,5%.
Menurut para peneliti. sering kali melindungi alam dipandang sebagai sebuah kerugian bagi masyarakat. "Apa yang ditunjukkan oleh pemodelan kami adalah bahwa kami bisa mendapatkan win-win solution," tulis mereka.
Dengan melindungi kawasan hutan mangrove yang paling berharga, kita dapat melindungi komunitas manusia yang luas. Kita juga bisa melindungi keanekaragaman hayati yang lebih luas dengan mudah.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.