Kisah Typheus yang Dilahirkan untuk Balas Dendam dalam Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 11 November 2023 | 14:00 WIB
Typheus dilahirkan Hera sebagai perwujudan balas dendam dalam mitologi Yunani. (Creative Commons)

Nationalgeigraphic.co.idTypheus adalah monster terbesar dan paling mengerikan dalam mitologi Yunani yang dilahirkan Hera untuk balas dendam. Hera murka karena suaminya, Zeus melahirkan Athena tanpa keterlibatan apa pun darinya.

Typheus memiliki tubuh yang sangat besar, tinggi, dengan wajah brutal, dan memiliki sayap. Ia juga memiliki kepala ular yang tak terhitung jumlahnya sebagai pengganti tangan, dan tubuh bagian bawah terbuat dari ular melingkar.

Matanya memancarkan api, dan batu-batu api jatuh dari mulutnya. Typheus juga memiliki sifat yang kejam dan ditakuti.

Dalam mitologi Yunani, Typheus diyakini juga sebagai putra Gaia (Bumi) dan Tartarus (Wilayah Neraka). Sementara dalam syair Homer untuk Apollo, ia disebutkan sebagai putra Hera.

Typheus jatuh cinta dengan Echidna, makhluk setengah wanita, setengah ular. Setelah mengawininya, mereka bersama-sama akan memiliki banyak anak yang mengerikan.

Mitos paling terkenal yang terkait dengan Typheus adalah pertarungannya dengan Zeus dan para dewa Olympian, saat ia berusaha untuk menguasai para dewa dan manusia. Typheus juga dikaitkan dengan Set dari mitologi Mesir kuno dan mitos Timur Dekat lainnya.

Kelahiran & KeluargaPada versi lain, meski bukan disebutkan sebagai anak Hera, Typheus tetap dilahirkan sebagai perwujudan balas dendam.

Gaia melahirkannya sebagai balas dendam atas kehancuran anak-anaknya (raksasa). Gaia tidur bersama Tartarus dan melahirkan Typheus di sebuah gua di Kilikia.

Namun, dalam syair Homer untuk Apollo, kelahiran Typheus sangat berbeda. Dia adalah putra Hera, yang marah karena Zeus melahirkan Athena tanpa keterlibatan apa pun darinya.

Hera memohon agar Gaia, Uranus, dan para Titan memberinya seorang putra yang lebih perkasa dari Zeus. Dia hamil setelah dia memukul bumi dengan tangannya.

Dia tinggal di kuilnya dan menerima persembahan kepadanya. Setelah berbulan-bulan berlalu, dia melahirkan Typheus yang kejam dan ditakuti.

Hera memberikan Typheus kepada naga Python untuk dibesarkan, dan mereka berdua mendatangkan malapetaka di dunia manusia.

Typheus juga disebutkan jatuh cinta pada Echidna, makhluk setengah wanita, setengah ular yang cantik sekaligus mengerikan untuk dilihat. Bersama-sama mereka memiliki beberapa monster paling menakutkan dalam mitologi Yunani.

Menurut dramawan tragedi Yunani Aeschylus (525 hingga 456 SM), Typheus memiliki seratus kepala, dan matanya menyala-nyala.

Dia mampu menahan kekuatan para dewa. Dalam Dionysiaca-nya, penyair Yunani Nonnus (sekitar abad ke-5 M), menggambarkan Typheus sebagai kumpulan ular yang kusut dengan kaki dan rambut ular. Dari rambut dan mulutnya keluar racun.

Nonnus juga menyebutkan Typheus punya 200 tangan dan menyebutkan bahwa kepala Typheus terdiri dari semua binatang yang berbeda, termasuk serigala, singa, babi hutan, dan beruang.

Typheus mengejar para dewa Olympian. (Creative Commons)

Pemberontakan TypheusPertempuran terakhir dalam perjuangan Olympian untuk mendapatkan kejayaan adalah pemberontakan Typheus melawan mereka (disebut sebagai Typheusomachy).

Seperti para Titan dan Raksasa sebelum dia, Typheus ingin menguasai langit. Dia melemparkan batu-batu yang terbakar ke langit sambil mendesis dan meneriakkan seruan perangnya.

Api keluar dari mulutnya seperti sungai yang mengalir. Pemandangannya begitu mengancam sehingga para dewa Olympian segera melarikan diri ke Mesir karena ketakutan.

Typheus mengejar mereka, membuat para dewa berubah menjadi hewan untuk mencoba melarikan diri darinya selamanya.

Zeus dikatakan berubah menjadi seekor domba, Apollo menjadi seekor gagak, Dionysos menjadi seekor kambing, Artemis berubah menjadi kucing dan Hera menjadi seekor sapi putih.

Kemudian Aphrodite menjadi seekor ikan, dan Hermes menjadi seekor burung ibis (meskipun hewan-hewan ini kadang-kadang berbeda tergantung pada sumbernya).

Begitu dia menyadari bahwa Zeus mengejarnya lagi, Typheus melarikan diri ke Thrace dan melawan Zeus di dekat Gunung Haimos.

Dia mengangkat gunung dan melemparkannya ke Zeus. Zeus membalasnya dengan memukulnya dengan petir. Darah mulai mengalir dari tubuh Typheus dan diserap oleh gunung.

Hukuman penjaraSaat Typheus bersiap mundur melintasi Laut Sisilia, Zeus melemparkan Gunung Etna ke arahnya dan menjebak Typheus di bawahnya, mengakhiri pertempuran.

Hingga saat ini, setiap kali Gunung Etna meletus, konon penyebabnya adalah api yang ada di mata Typheus atau bebatuan api yang keluar dari mulutnya.

"Namun datanglah petir Zeus yang tak pernah tertidur, petir yang jatuh dari langit semuanya dilingkari api, dan menjatuhkannya dari kesombongannya yang tinggi hati."

"Pukulan itu menembus jauh ke dalam hati dan pikirannya; kekuatannya tersambar petir, menjadi abu; dan kini dia terbaring, tak berguna, terkapar,hancur di bawah dasar Aetna yang perkasa, di samping selat laut Messinia."

"Hephaestus duduk di sana, di puncak tertinggi,dan memukul besi panas. Aliran api akan pecah,menghancurkan dengan rahang binatang buasladang-ladang yang luas di Sisilia yang indah berbuah."

"Itulah empedu yang akan disuling Typho,dengan hembusan panas dari badai api yang mematikan. Meskipun petir Zeus yang membakarnya.

(Aeschylus, Prometheusus Terikat, 360-375).

Sebagian besar penulis kuno percaya bahwa Typheus terjebak di Tartarus. Namun menurut Hesiod dan Homer (sekitar 750 SM), alih-alih Tartarus, Typheus malah dipenjarakan di bawah tanah Arimoi (suku kuno dalam mitologi Yunani). Kekasihnya, Echidna, juga terjebak di sana bersamanya.