Hongwu, Kisah Kepemimpinan Penguasa Paranoid di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 13 November 2023 | 20:00 WIB
Hongwu berhasil merebut Kekaisaran Tiongkok dari tangan penguasa Mongol. Sebagai kaisar dan pendiri Dinasti Ming, ia mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan seni yang pesat. (National Palace Museum, Taipei)

Nationalgeographic.co.id—Kaisar Hongwu (memerintah 1368-1398 Masehi) merupakan pendiri Dinasti Ming. Ia mengambil alih kekuasaan Dinasti Yuan Mongol dan menjadi penguasa di Kekaisaran Tiongkok.

Terlahir dengan Zhu Yuanzhang di tengah keluarga petani, ia memimpin kelompok pemberontak Turban Merah. Di bawah kepemimpinannya, kelompok pemberontak ini merebut ibu kota Yuan, Nanjing. Setelah mengalahkan saingannya, Yuanzhang mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar dengan nama pemerintahan Hongwu pada tahun 1368 Masehi.

Kaisar Hongwu mendorong kebangkitan kekuasaan Han di Kekaisaran Tiongkok. Ia mendirikan dinasti dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan seni yang pesat.  

Hongwu adalah penguasa keras yang memusatkan pemerintahan dan mereformasi sistem pertanian Tiongkok yang sedang lemah. Hongwu dengan kejam menangani setiap perbedaan pendapat di istananya, bahkan tega mengeksekusi ribuan orang yang menentangnya.

Meski tidak dicintai rakyatnya, Hongwu memberikan landasan bagi penerusnya untuk membangun dan mengubah Tiongkok menjadi kekuatan dunia.

Masa muda Kaisar Hongwu

Kisah Hongwu adalah contoh kisah klasik tentang rakyat jelata yang menjadi penguasa. “Keluarganya adalah keluarga petani yang menderita kemiskinan ekstrem,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia. Konon orang tuanya sering kali harus pindah rumah hanya untuk menghindari pemungut sewa.

Saat wabah melanda Kekaisaran Tiongkok, ayah dan kakak laki-laki tertuanya meninggal karena penyakit tersebut. Zhu diwajibkan untuk bergabung dengan biara Buddha saat berusia 16 tahun. Di biara, ia berharap bisa mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Sayangnya, kondisi biara juga tidak terlalu baik dan Zhu terkadang terpaksa mengemis di jalan untuk mendapatkan makanan.

Zhu berkeliling Tiongkok tengah selama beberapa tahun, namun akhirnya dia kembali ke biara di Anhui. Ketertarikan Zhu terhadap agama Buddha memungkinkannya belajar membaca dan menulis. Ia kemudian mengadopsi prinsip-prinsip Konfusianisme.

Zhu bergabung dengan kelompok Turban Merah

Dinasti Yuan telah memerintah Tiongkok sejak invasi Mongol pada kuartal ketiga abad ke-13 Masehi. Seiring dengan berjalannya waktu, kekuasaannya terus-menerus kehilangan kendali. Pemerintahannya diiringi dengan bencana kelaparan, wabah penyakit, banjir, bandit yang meluas, dan pemberontakan petani. Selain itu, penguasa Mongol juga saling berebut kekuasaan dan gagal menumpas banyak pemberontakan.

Salah satu kelompok pemberontak yang paling sukses adalah Gerakan Turban Merah. Kelompok ini merupakan cabang dari Gerakan Teratai Putih Buddha yang radikal. Turban Merah terbentuk sebagai bagian dari reaksi petani terhadap kebijakan kerja paksa pada proyek konstruksi Dinasti Yuan.