Paling aktif di Tiongkok utara, para pemberontak sering bentrok dengan pasukan Mongol. Dalam salah satu pemberontakan, biara tempat Zhu tinggal dibakar.
Zhu, yang berusia 24 tahun, memutuskan untuk bergabung dengan Turban Merah. Dalam waktu singkat, Zhu menjadi orang penting dalam kelompok tersebut. Ia menikahi putri salah satu pemimpin gerakan tersebut dan kemudian mengambil alih kepemimpinan pada 1355 Masehi.
Dengan mendirikan basis kekuatannya di lembah Yangzi, Zhu memiliki 30.000 pengikut di bawah komandonya. Zhu menggantikan tujuan kebijakan tradisional Turban Merah untuk mengembalikan Dinasti Song lama dengan ambisi pribadinya untuk memerintah. Ia memperoleh dukungan yang lebih luas dengan membuang kebijakan anti-Konfusianisme yang mengasingkan kelas terpelajar.
Zhu Yuanzhang merebut kekuasaan
Langkah besar pertama Zhu untuk mendominasi Kekaisaran Tiongkok adalah merebut Nanjing, ibu kota Dinasti Yuan pada 1356 Masehi. Keberhasilan Zhu terus berlanjut dan ia mengalahkan dua pemimpin pemberontak saingan utamanya dan pasukan pribadi mereka.
Yang pertama adalah Chen Youliang, yang mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar Han pada tahun 1360 M. Berikutnya adalah Zhang Shicheng yang dikalahkan pada tahun 1367.
Saat itu, Han Lin'er mengaku sebagai pewaris sah garis kaisar Song. Ketika ia meninggal, Zhu menjadi pemimpin paling berkuasa di Kekaisaran Tiongkok. Dan setelah mengusir sisa-sisa tentara Mongol, dia menyatakan dirinya sendiri sebagai kaisar pada tanggal 23 Januari 1368.
Zhu menggunakan nama pemerintahan Hongwu (perkawinan berlimpah) dan dinasti yang ia dirikan Ming (berarti cerah atau cahaya). Kaisar baru berusaha membangun legitimasinya dengan mengembalikan ritual persembahan yang dilakukan penguasa Tiongkok terhadap Langit dan Bumi. Untuk alasan yang sama, ritual Konfusianisme dan Buddha lainnya juga kembali diterapkan.
Apapun legitimasinya, Hongwu kemudian membasmi gerakan pemberontak yang masih ada dalam dua dekade berikutnya. Ia memerintah hingga tahun 1398. Penerusnya melanjutkan upayanya untuk menyatukan Kekaisaran Tiongkok melalui pemerintahan terpusat yang kuat di bawah Dinasti Ming. “Masa itu adalah awal dari era keemasan sejarah Kekaisaran Tiongkok,” ungkap Cartwright.
Peraturan yang diterapkan Hongwu di Kekaisaran Tiongkok
Hongwu khawatir akan kehilangan takhtanya dengan cara yang sama seperti saat ia memperolehnya. Oleh karena itu, ia bertekad untuk menerapkan pemerintahan terpusat yang kuat di Kekaisaran Tiongkok. Bahka Hongwu secara pribadi menjalankan kendali atas semua urusan.
Institusi kaisar Tiongkok kembali ke institusi lama, raja absolut dan pemilik mandat ilahi untuk memerintah (Mandat Surga).