Perang saudara yang sengit pun terjadi di Kekaisaran Tiongkok saat itu. “Perang ini berlangsung terus-menerus selama 3 tahun,” ungkap Cartwright.
Pangeran Yan, dengan pasukan yang lebih terorganisir dan komandan yang cakap, adalah pemenang terakhir. Ia pun menduduki takhta sebagai Kaisar Chengzu, mengambil nama pemerintahan Kaisar Yongle. Yongle berarti kepuasan abadi atau kegembiraan abadi.
Lalu apa yang terjadi dengan Kaisar Jianwen? Kaisar Jianwen menghilang begitu saja. Ada beberapa laporan bahwa dia terbunuh selama perang saudara. Saat itu, kebakaran terjadi di istana kekaisaran di ibu kota Ming, Nanjing. Rumor lain yang lebih menarik tersebar bahwa mantan kaisar berhasil melarikan diri dari kota dengan menyamar sebagai biksu. Apapun nasibnya, tidak ada lagi yang terdengar tentang kaisar kedua Dinasti Ming.
Tindakan Kaisar Yongle setelah menyingkirkan mantan kaisar
Setelah naik takhta dengan paksa, Kaisar Yongle menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya yang panjang untuk mencoba melegitimasi posisinya. Mengapa ia perlu melakukan itu? Dalam budaya Tiongkok, kaisar seharusnya adalah Putra Langit yang dipilih secara khusus oleh Tuhan untuk memerintah. Jadi, bukan memaksa naik takhta seperti yang dilakukan oleh Yongle.
Pembersihan dilakukan di kalangan pegawai negeri untuk mendukung penobatan Yongle. Pembersihan itu dipicu oleh penolakan pejabat terhadap kaisar yang baru. Mereka dieksekusi dengan cara dipotong-potong. Bahkan rekan dari para pejabat itu dan semua kerabatnya sampai tingkat kesepuluh pun turut menerima hukuman.
Pada tahun 1421, Yongle memindahkan ibu kota Nanjing ke Beijing pada tahun 1421. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan perbatasan utara Tiongkok yang terus-menerus diancam oleh bangsa Mongol. Pemindahan ini memungkinkan kaisar untuk memulai awal yang baru dan meninggalkan pejabat yang setia kepada pendahulunya yang hilang.
Yongle membuat keputusan kebijakan lain yang memiliki konsekuensi jangka panjang. Ia lebih memilih kasim untuk dijadikan pejabat. Hal ini merupakan sebuah langkah yang mungkin menandakan kurangnya kepercayaannya pada aparatur negara yang sudah mapan.
Pada tahun 1420, kaisar mendirikan semacam dinas rahasia, Depot Timur, yang dipimpin oleh kepala kasimnya. Sang kasim diberi tugas untuk memburu pejabat yang dicurigai.
Yongle tidak hanya peduli dengan masa depan tapi juga masa lalu. Kaisar memerintahkan para pejabat sarjana di arsip negara untuk menghancurkan dokumen. Tidak hanya itu, mereka juga diperintahkan untuk memalsukan catatan sejarah. Alhasil, Jianwen 'dihapuskan' dari sejarah kekaisaran Tiongkok.
Keseluruhan perang saudara tercatat hanya sebagai 'Pemadaman Gangguan' dalam catatan resmi. Diskusi mengenai pejabat Jianwen yang didiskreditkan adalah hal yang tabu dan dilarang memiliki catatan apa pun. Siapa pun yang ketahuan melakukan hal itu akan menerima hukuman mati.