Nationalgeographic.co.id—Peperangan adalah bagian dari sejarah yang telah memainkan peran penting dalam perkembangan manusia. Ketika manusia membentuk peradaban awal di sepanjang Lembah Sungai Nil dan Bulan Sabit Subur sekitar tahun 3100 SM, perang menjadi lebih rumit.
Konflik kekerasan pada masa Paleolitikum dan Neolitikum terbatas pada pertempuran kecil. Umumnya terjadi antara kelompok pemburu-pengumpul hewan atau desa-desa yang bersaing untuk lahan pertanian.
Namun, setelah munculnya peradaban dan Zaman Perunggu, penguasa kerajaan dan kekaisaran mampu mengirim ratusan atau ribuan orang untuk berperang.
Selain berkembangnya skala peperangan, teknologi juga maju pada Zaman Perunggu, termasuk senjata perunggu, kereta perang, busur, dan taktik gabungan dalam pertempuran
Sejarawan Jared Krebsbach, dilansir dari laman The Collector, menjelaskan bahwa sifat peperangan pada Zaman Perunggu “menjadi cikal bakal sejarah Timur Dekat pada awal Zaman Besi.”
Zaman Perunggu di Timur Dekat
Budaya Zaman Perunggu di Timur Dekat berbasis di enam wilayah geografis: Mesir, Levant/Suriah-Palestina, Anatolia, Mesopotamia, dan Mediterania Timur.
Budaya dan kerajaan di wilayah geografis ini memiliki kontak terbatas satu sama lain selama Abad Perunggu Awal dan Pertengahan. Meskipun demikian, gagasan-gagasan menyebar di sepanjang rute perdagangan.
Peperangan masih relatif sederhana hingga ide-ide teknologi baru mulai menyebar ke seluruh wilayah pada Zaman Perunggu Pertengahan (sekitar 2100-1550 SM).
“Penemuan seperti roda dan domestikasi kuda digunakan untuk kepentingan non-militer dan militer, sementara kerajaan-kerajaan mulai mengkonsolidasikan wilayah geografis yang lebih luas untuk menjadi kerajaan,” jelas Krebsbach.
Sistem Zaman Perunggu Akhir