Pada tahun 1550 SM, sejumlah negara besar telah terbentuk di Timur Dekat yang memiliki kontak langsung satu sama lain. Para ahli modern sering menyebut sistem Zaman Perunggu Akhir (sekitar 1550-1200 SM) ini sebagai "Klub Kekuatan Besar", meskipun keanggotaannya berubah-ubah.
Mesir, Babilonia Kassite, Hatti (Het), dan Mitanni adalah negara-negara anggota awal. Alyshia (Siprus) kemudian menyusul bergabung dan Asyur menggantikan Mitanni. Negara Anatolia, Arzawa, kadang dianggap juga sebagai Kekuatan Besar.
Di sisi lain, negara-negara yang tidak menjadi anggota tetapi berpengaruh termasuk Kreta Minoan, Yunani Mycenaean, dan Elam.
Para sarjana modern mengetahui tentang sistem ini berkat banyaknya sumber tertulis dari era tersebut yang telah ditemukan.
Inovasi Peperangan Zaman Perunggu Akhir
Pasukan-pasukan dari Zaman Perunggu Akhir di Timur Dekat menggunakan senjata dan taktik yang serupa. Kereta perang menjadi elemen yang menonjol dan inspiratif karena diacu dalam sumber-sumber utama.
Banyak teks kuno, gambaran artistik, dan bagian-bagian kereta perang yang masih tersisa telah membantu para sarjana modern dalam merekonstruksi mesin perang kuno ini.
Namun demikian, Krebsbach menerangkan, posisi kereta perang dalam sejarah sering kali disalahpahami. Tentara Zaman Perunggu tidak menggunakan kereta perang karena lebih efektif atau efisien dibandingkan dengan kavaleri; sebaliknya, kavaleri yang lebih banyak digunakan.
“Regu kereta mengambil lebih banyak sumber daya daripada kavaleri, dan seekor kuda jauh lebih bisa bermanuver daripada kereta, tetapi dalam hal pengembangan, kereta menjadi yang utama karena beberapa alasan,” jelas Krebsbach.
Kuda-kuda pada Zaman Perunggu Akhir umumnya berukuran lebih kecil dan oleh karena itu tidak cocok untuk kavaleri. Selain itu, inovasi yang memungkinkan kavaleri, seperti pelana dan sanggurdi, belum ditemukan.
Busur Komposit, Pedang Sabit, dan Zirah