Jalan Panjang Singkap Misteri Kematian Mumi Rawa dalam Sejarah Dunia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 23 November 2023 | 15:00 WIB
Dalam sejarah dunia, bentuk rawa-rawa kerap diasosiasikan dengan hal-hal gaib. Maka, temuan mayat rawa pun kerap dikaitkan dengan hal gaib. (Sven Rosborn)

Lumut sphagnum adalah komponen utama gambut dan menjadikan rawa-rawa di Eropa utara memiliki sifat pelestarian yang menakjubkan. Lahan basah di utara ini dingin, rendah oksigen, dan sangat asam.

Lingkungan ini dikombinasikan dengan sifat antibiotik dari lumut menciptakan materi untuk mengawetkan struktur kalsifikasi dan keratin tubuh manusia. Seperti tulang, gigi, kulit, rambut, dan kuku.

Kanal lahan gambut, Kelurahan Kameloh Baru, Sabangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Zika Zakiya)

Sphagnum dapat melepaskan kalsium dari tulang, menjadikannya lunak dan kenyal. Lingkungan perairan juga melestarikan pakaian yang terbuat dari wol atau kulit binatang. Tekstil nabati, seperti linen, tidak akan berfungsi dengan baik seiring berjalannya waktu.

Studi pada tahun 2023 ini merupakan tinjauan skala besar pertama mengenai sisa-sisa manusia dari rawa-rawa tersebut. Penelitian mencakup analisis lebih dari 250 situs dan 1.000 set sisa-sisa. Penguburan telah dilakukan sejak tahun 5200 SM, namun berkembang pesat antara tahun 1000 SM dan 1500 M.

Informasi tentang mayat rawa yang terus berubah

Para sarjana abad ke-19 tidak punya banyak pengetahuan ketika mulai menyelidiki bagaimana mayat-mayat ini bisa berakhir di rawa. Tidak ada catatan tertulis yang mendokumentasikan ritual dan kepercayaan masyarakat pra-melek huruf di wilayah tersebut.

Maka para sarjana awal mengambil informasi dari mana pun mereka dapat menemukannya. Banyak yang sangat bergantung pada tulisan Tacitus, sejarawan Romawi abad pertama Masehi. Catatan Tacitus memberikan informasi interpretasi mereka terhadap situs rawa Zaman Besi.

Meski belum pernah mengunjungi wilayah utara, Tacitus menulis Germania sekitar tahun 98 M. Dengan mengandalkan sumber-dari tangan kedua dan ketiga, ia menggambarkan masyarakat utara dan budayanya.

Karya tersebut memuji kebajikan suku-suku Jermanik. Tacitus ingin mempermalukan orang Romawi atas apa yang dianggapnya sebagai perilaku boros mereka di rumah.

Kondisi mayat berusia sekitar 2.000 tahun ini masih utuh karena terendam dalam rawa-rawa gambut. (Bayu Dwi Mardana)

Tacitus juga menggambarkan tentang kejahatan dan hukuman di antara masyarakat Jerman. Dalam catatannya, menggantung dan menenggelamkan penjahat di rawa merupakan jenis hukuman di masa itu.