Nationalgeographic.co.id - Fenghuang, dalam mitologi Tiongkok, adalah seekor burung abadi. Konon kemunculannya yang langka dianggap sebagai pertanda keharmonisan saat kaisar naik takhta.
Seperti Qilin (makhluk mirip unicorn), Fenghuang sering dianggap melambangkan unsur laki-laki dan perempuan, harmoni yin-yang. Namanya merupakan gabungan kata feng yang melambangkan aspek laki-laki dan huang yang melambangkan perempuan.
Penggambaran Fenghuang dalam mitologi Tiongkok
Fenghuang kerap digambarkan sedang menyerang ular dengan cakar dan sayapnya terbentang. Menurut kitab suci Erya, Fenghuang memiliki paruh ayam jantan, wajah burung layang-layang, dahi unggas, leher ular, dan dada angsa. Burung mitologi ini juga memiliki punggung kura-kura, bagian belakang rusa jantan, dan ekor ikan.
“Namun saat ini, Fenghuang digambarkan sebagai gabungan dari banyak burung,” tulis Virginia Gorlinski di laman Britannica. Misalnya memiliki kepala burung pegar emas, dan tubuh bebek mandarin. Sedangkan ekornya adalah ekor burung merak, kaki burung bangau, mulut burung beo, dan sayap burung layang-layang.
Tubuhnya melambangkan enam benda langit. Kepala adalah langit, mata adalah matahari, punggung adalah bulan, sayap adalah angin, kaki adalah bumi, dan ekor adalah planet. Bulunya mengandung lima warna dasar: hitam, putih, merah, biru dan kuning. Kadang-kadang juga digambarkan memiliki tiga kaki.
Fenghuang: simbol keberuntungan dalam mitologi Tiongkok
Gambar Fenghuang telah muncul di Tiongkok selama lebih dari 4.000 tahun. Yang paling awal adalah motif tembikar Dinasti Shang, kemudian muncul dekorasi perunggu, serta patung batu giok.
Beberapa orang percaya bahwa Fenghuang mungkin adalah totem keberuntungan suku timur di Tiongkok kuno. Teori-teori yang ada saat ini menunjukkan bahwa hal ini kemungkinan besar didasarkan pada sebagian ingatan masyarakat tentang Burung Unta Asia. Burung unta itu umum ditemukan di Tiongkok prasejarah, tetapi punah beberapa ribu tahun yang lalu.
Fenghuang sepertinya tidak ada hubungannya dengan burung phoenix dunia Barat, yang berasal dari mitologi Mesir. Khususnya, burung phoenix Mesir mungkin juga merujuk pada burung prasejarah, Bennu Heron. Berbeda dengan Fenghuang, yang tidak mirip dengan burung mana pun yang masih ada, burung phoenix Mesir paling sering dianggap mirip dengan bangau atau elang.
Selama Dinasti Han dua burung phoenix, yang satu jantan dan yang lainnya betina, sering ditampilkan bersama-sama saling berhadapan. Kemudian, pada masa Dinasti Yuan, kedua istilah tersebut digabungkan menjadi burung phoenix secara umum. Phoenix dan naga menjadi simbol permaisuri dan kaisar di Kekaisaran Tiongkok.
Sejak masa Kaisar Jiajing (1522-66), sepasang burung phoenix dibedakan berdasarkan bulu ekor kedua burung tersebut. Keduanya digambarkan bersama-sama membentuk pola lingkaran tertutup. Yang burung jantan diidentifikasi dengan lima bulu ekor bergerigi dan betina memiliki dua bulu ekor melengkung atau bersulur.
Di era Dinasti Ming, Fenghuang digunakan sebagai simbol yang mewakili arah selatan. Hal ini digambarkan melalui seorang pria dan wanita yang saling berhadapan. Bulu mereka memiliki lima warna dasar: hitam, putih, merah, hijau, dan kuning. Warna-warna ini dikatakan mewakili nilai-nilai Konfusianisme: kesetiaan, kejujuran, kesopanan, dan keadilan.
Konotasi positif Fenghuang dalam mitologi Tiongkok
Fenghuang memiliki konotasi yang sangat positif. Burung ini menjadi simbol kebajikan dan rahmat yang tinggi. Fenghuang juga melambangkan penyatuan yin dan yang. Dalam Shanhaijing, diungkapkan bawa setiap bagian tubuh Fenghuang melambangkan makna tertentu. Kepala melambangkan kebajikan, sayap melambangkan tugas, punggung melambangkan, perut melambangkan keyakinan, dan dada melambangkan belas kasihan.
Di Tiongkok kuno, Fenghuang juga sering ditemukan dalam dekorasi pernikahan atau keluarga kerajaan. Makhluk mitologi Tiongkok ini kerap disandingkan dengan naga. Orang Tiongkok menganggap naga dan phoenix melambangkan hubungan bahagia antara suami dan istri, metafora yin dan yang yang umum.
“Kemunculannya dianggap sebagai tanda perdamaian dunia,” tambah Gorlinski. Kemunculannya yang terakhir konon terjadi di Provinsi Anhui di makam ayah Hongwu, pendiri Dinasti Ming pada tahun 1368.
Orang Tiongkok percaya bahwa nyanyian fenghuang sangat indah dan bermakna. Selain itu, burung mitologi Tiongkok ini juga memiliki keistimewaan, yaitu apresiasi terhadap musik manusia.
Seiring berjalannya waktu, Fenghuang menjadi salah satu makhluk keberuntungan paling populer di Tiongkok. Hingga kini, gambar Fenghuang digunakan dalam seni, puisi, nama, kostum, hingga pernikahan tradisional Tiongkok.