Fakta Kelam Seputar Kekaisaran Bizantium dalam Sejarah Dunia

By Sysilia Tanhati, Rabu, 6 Desember 2023 | 07:00 WIB
Setelah Kekaisaran Romawi Barat jatuh, Kekaisaran Bizantium tetap berdiri kokoh selama ratusan tahun. Berkuasa dan sangat berpengaruh di dunia kuno, Kekaisaran Bizantium dikenal sebagai pusat intrik dan rahasia. Ada sejumlah fakta kelam seputar Kekaisaran Bizantium yang bisa membuat Anda tercengang. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Setelah Kekaisaran Romawi Barat jatuh, Kekaisaran Bizantium tetap berdiri kokoh selama ratusan tahun. Berkuasa dan sangat berpengaruh di dunia kuno, Kekaisaran Bizantium dikenal sebagai pusat intrik dan rahasia. Ada sejumlah fakta kelam seputar Kekaisaran Bizantium yang bisa membuat Anda tercengang.

Pembunuhan penguasa yang tidak populer

Karena Kekaisaran Bizantium selalu merasa bahwa penguasa yang tidak populer dapat digantikan, sejumlah kaisar meninggal karena kekerasan.

Constans II dipukuli sampai mati saat berada di kamar mandinya. Michael III kehilangan kedua tangannya saat mencoba menahan pedang.

Nikephoros Phokas diperingatkan akan adanya rencana jahat. Ia pun segera memerintahkan penggeledahan di istana. Tapi rupanya sang istri menyembunyikan para pembunuh di kamar tidurnya. Dan tidak ada penjaga yang berani menggeledahnya. Pembunuh pun menikamnya sampai mati malam itu.

Kaisar Leo punya kisah yang berbeda. Ia disergap pada hari Natal oleh para pembunuh yang menyamar sebagai paduan suara para biarawan. Sang kaisar mengambil sebuah salib berat dari altar dan melawan mereka di sekitar Hagia Sofia sampai lengannya terpotong. Ia pun terjatuh dan tewas. Seakan masih belum cukup kejam, para pembunuh kemudian membuang jenazahnya ke toilet.

Mutilasi untuk menyingkirkan pewaris takhta

“Kekaisaran Bizantium percaya bahwa tubuh yang cacat akan mendiskualifikasi pewaris takhta,” tulis Jamie Frater di laman Listverse. Akibatnya, para kaisar sering kali memutilasi saingannya alih-alih langsung membunuh mereka.

Membuat buta merupakan hal yang populer, begitu pula dengan memotong hidung dan lidah. Di tahun-tahun berikutnya, pengebirian menjadi praktik yang paling umum.

Dalam beberapa hal, mutilasi dianggap lebih baik daripada eksekusi. John IV Laskaris hidup selama 40 tahun setelah mengalami kebutaan. Permaisuri Irene membutakan putranya yang memberontak di kamar tempat dia melahirkannya. Pemuda itu meninggal karena luka-lukanya beberapa waktu kemudian.

Basil Lekapenos dikebiri saat masih kecil untuk mencegahnya menimbulkan masalah saat ia besar nanti. Tidak memiliki pewaris, Basil menjadi seorang penggawa yang berkuasa dan memerintah melalui serangkaian kaisar boneka.

Kaisar tanpa hidung