Permusuhan Umat Kristen Terhadap Yahudi dalam Sejarah Abad Pertengahan

By Ricky Jenihansen, Jumat, 8 Desember 2023 | 17:00 WIB
Orang Yahudi diancam dibakar di tiang pancang jika memengaruhi orang Kristen Eropa. (Korporation Luzern/Creative Commons)

Dalam sejarah Abad Pertengahan dan seterusnya, tulisan-tulisan ini terus digunakan sebagai rasionalisasi atas penganiayaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi atau pengusiran mereka dari wilayah Eropa.

Peta yang mengilustrasikan penyebaran agama Kristen dari sebuah sekte kecil yang tidak terorganisir di provinsi Romawi Yudea, melintasi pusat-pusat kota dan daerah pedesaan Kekaisaran Romawi. (Creative Commons)

Permusuhan Kristen terhadap Yahudi di akhir Zaman Kuno

Setelah Konstantinus berpindah agama menjadi Kristen, ia memberikan hak hukum kepada umat Kristiani untuk berkumpul di seluruh Kekaisaran Romawi melalui Dekrit Milan pada tahun 313.

Kekaisaran tersebut tidak menjadi Kristen dalam sekejap, namun ia mendukung umat Kristen dengan keringanan pajak dan dana untuk pembangunan gereja.

Pada Konsili Nicea Pertama pada tahun 325, sebuah "pengakuan keyakinan" diciptakan untuk apa yang harus diyakini dan dipraktikkan oleh semua orang Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi.

Kaisar Romawi Theodosius I (memerintah 379-395) dikenang sebagai tokoh ortodoksi yang hebat. Theodosius I menjadikan agama Kristen Ortodoks sebagai satu-satunya agama resmi Kekaisaran pada tahun 381.

Ini merupakan akhir resmi dari aliran sesat Kristen di dunia kuno dan berdirinya Gereja Katolik.

Pada tahun 396, Theodosius melarang Olimpiade, yang didedikasikan untuk para dewa, dan semua kuil dan tempat suci penduduk asli diperintahkan untuk dihancurkan atau diubah menjadi gereja.

Inilah saat umat Kristiani menciptakan istilah pagianoi ("pagan") yang merupakan cercaan negatif terhadap mereka yang belum berpindah agama.

Dekrit Theodosius I tidak menyebutkan apa pun tentang orang Yahudi. Namun, ia membahasnya ketika ia memperbarui dan mengkodifikasikan hukum asli Romawi.

Hukum itu adalah Dua Belas Tabel, yang diselesaikan oleh kaisar Bizantium Justinian I pada tahun 597. Orang-orang Yahudi diizinkan untuk terus berada di sinagoga, tempat ibadah orang Yahudi. Akan tetapi, interaksi sosial dan kesempatan ekonomi dibatasi.