Sejarah Dunia: Perjalanan Panjang Sinterklas Menemukan Rusa Kutubnya

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 11 Desember 2023 | 18:00 WIB
Ilustrasi Santa dan kereta luncurnya, dari The Children's Friend, New York, 1821. (Yale University Library)

Nationalgeographic.co.id—Saat ini, Sinterklas dengan rusa kutubnya adalah hal yang tak terpisahkan. Mereka adalah bagian dari karakternya seperti halnya janggut putih lebatnya, mantel merahnya, atau karung hadiahnya.

Kisah tentang rusa kutub menarik kereta Santa memang telah menjadi salah satu ikon yang paling dikenal dalam budaya populer. Di sisi lain, konsep tentang Sinterklas sendiri memiliki akar dalam sejarah yang beragam.

Peneliti Universitas Warwick di Inggris, Alexander Lee, menjelaskan bahwa perjalanan kereta luncur mereka di malam hari merupakan hasil dari reformasi agama, migrasi, dan pertukaran budaya.

Santo Nikolas

Santo Nikolas dari Myra. (Aleksa Petrov/Wikimedia Commons)

Menurut Lee, awalnya Sinterklas tidak memiliki hubungan dengan rusa kutub atau bahkan dengan natal. Kisahnya dimulai dari Santo Nikolas, seorang uskup abad keempat di Myra, di Turki modern.

“Meskipun tidak banyak yang diketahui tentang kehidupannya, beberapa karya hagiografi yang sampai kepada kita semua menjadi bukti kecintaannya pada anak-anak dan kedermawanannya,” jelas Lee.

Menurut Michael sang Archimandrite, ia pernah diberitahu tentang seorang pria yang telah kehilangan semua uangnya dan tidak mampu memberikan mas kawin untuk ketiga putrinya.

Karena hal ini akan menghalangi mereka untuk menikah, mungkin tidak ada pilihan lain kecuali harus menjadi pelacur untuk menghidupi diri mereka sendiri.

Tentu saja, Santo Nikolas sangat ingin membantu, tetapi tidak ingin mempermalukan mereka dengan memberikan sedekah secara terbuka. Untuk menghindari hal ini, ia mengendap-endap ke rumah mereka pada larut malam dan melemparkan sekantung emas melalui jendela. 

Malam berikutnya, Santo Nikolas melakukan hal yang sama lagi. Namun, pada malam ketiga, sang ayah tetap terjaga dan memergoki Santo Nikolas sedang beraksi. 

Sambil berlutut, sang ayah memujinya sebagai penyelamat keluargannya. Santo Nikolaus memintanya untuk tidak memberitahu siapapun tentang berkat yang diterimanya.

Karena tindakan kedermawanan seperti itu, hari raya Santo Nikolas kemudian dirayakan dengan pertukaran hadiah.

Santo Nikolas sering digambarkan sebagai seorang uskup dengan jubah panjang berwarna cerah, seperti merah atau ungu, serta berjubah dan berjenggot. Gambarnya yang ikonik sering kali mencerminkan citra klasik seorang uskup atau orang suci dari zaman dahulu.

Dia juga dikatakan dapat melakukan perjalanan melintasi langit dan memiliki kemampuan luar biasa untuk tetap tidak terlihat. Lee menjelaskan, Kadang-kadang Santo Nikolas bahkan dikaitkan dengan hewan tertentu. 

“Di Belanda ada tradisi meninggalkan jerami untuk kudanya, di beberapa bagian Jerman dia masih menunggang kuda, di Prancis timur dia menyimpan hadiahnya di keranjang yang dibawa oleh keledai dan di Italia dia sering ditemani oleh keledai periang,” jelas Lee.

Terkait dengan rusa kutub, menurut Lee, tidak ada bukti yang jelas atau kuat. “Meskipun rusa kutub dulunya umum ditemukan di seluruh Eropa, habitatnya surut pada akhir zaman es terakhir, hingga sebagian besar hanya ada di Skandinavia utara dan pegunungan Ural.”

Reformasi Prosestan

Reformasi Protestan, yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh seperti Martin Luther, John Calvin, dan pemuka agama lainnya, membawa perubahan besar dalam praktik dan ajaran gereja. Salah satu perubahan penting adalah pandangan terhadap pemujaan terhadap orang-orang kudus dalam agama Katolik.

Hal ini menimbulkan masalah bagi Santo Nikolas. Meskipun ia dipandang cukup berbudi luhur untuk dimasukkan ke dalam kalender liturgi Lutheran, pesta pora yang dirayakan secara tradisional jelas mengkhawatirkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Lee menerangkan, “Luther hanya mengalihkan praktik tersebut ke Hari Natal itu sendiri dan memusatkan perhatian pada Kristus, hadiah asli Allah bagi umat manusia.”

Mulai saat itu, hadiah-hadiah tidak lagi dibawa oleh Santo Nikolas, melainkan oleh 'Christkind' atau 'Christkindl' (Anak Kristus). 

Pada beberapa wilayah Protestan, warisan Santo Nikolas tetap hidup, meskipun dalam bentuk yang dimodifikasi. Di Inggris, figur 'Sinterklas' sudah mapan pada masa pemerintahan Elizabeth I. Sinterklas yang jelas-jelas meniru Santo Nikolas ini dianggap sebagai perwujudan semangat Natal.

Lukisan depan karya Josiah King, The Examination and Tryal of Old Father Christmas, 1686. (Shakespeare Library)

Seperti yang ditunjukkan dalam karya Josiah King, “The Examination and Tryal of Old Father Christmas” (1686), secara umum digambarkan sebagai seorang pria bertubuh kekar. Selain itu, Mantel berlapis bulu yang tebal, topi runcing, serta janggut, juga dimunculkan.

Di beberapa daerah di Belgia dan Prancis, 'de Kerstman' atau 'Père Noël' memainkan peran yang sama. Namun, ia tetap tidak memiliki rusa kutub.

Migrasi

Selama bertahun-tahun, Santo Nikolas dan bapak natal terus ada sebagai tradisi yang terpisah. Namun, pada akhir abad ke-18, perubahan demografis di belahan dunia lain menyebabkan keduanya menyatu. 

Di Amerika Serikat, pasca Perang Kemerdekaan, terjadi perubahan dalam cara perayaan Natal. Imigrasi yang meningkat dari berbagai negara Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Belanda membawa keberagaman budaya dan tradisi.

Lee menerangkan, praktik-praktik ini secara bertahap menyatu. Tokoh-tokoh yang awalnya terpisah, seperti 'Sinterklass' dari Belanda dan konsep 'Bapak Natal' Inggris, mulai terhubung menjadi satu identitas.

“Kadang-kadang, memang benar, dia masih menggunakan salah satu nama lamanya atau dengan versi yang diubah dari analogi Eropa (misalnya Kris Kringle untuk Christkindl) tetapi, dalam atribut dan caranya, dia sekarang dikenali sebagai sesuatu yang mirip dengan Sinterklas yang kita kenal sekarang,” jelas Lee.

Sinterklas tampaknya telah memulai debutnya dalam karya “Knickerbocker's History of New York” (1809) oleh Washington Irving. Ia menggambarkannya sebagai orang Belanda yang gemuk dan berkuda di atas langit dengan gerobak penuh hadiah.

Sebuah buku anak-anak, “The Children’s Friend: A New Year’s Present to the Little Ones from Five to Twelve di New York, pada tahun 1821, memunculkan seekor rusa kutub.

“Apa yang mendorong penulis anonim untuk memperkenalkan rusa kutub adalah sebuah teka-teki,” kata Lee. “Salah satu kemungkinannya adalah karena cuaca.”

Sejarah mencatat beberapa periode cuaca yang sangat ekstrem. Turunnya salju dalam jumlah besar pada waktu-waktu yang tidak lazim seperti Juni tahun 1816 dan 1820 juga menjadi sorotan.

Pada tahun 1823, puisi “A Visit from St Nicholas” atau yang juga dikenal sebagai “The Night Before Christmas”' muncul di New York Sentinel. Ia menggambarkan Sinterklas mengendarai kereta luncur yang ditarik oleh delapan rusa kutub. 

“Sinterklas kemudian diekspor kembali ke Eropa, di mana dia mulai menyatu dengan berbagai atribut dan cerita lokal,” kata Lee.

Rusa kutub pun menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita Sinterklas. Namun, tambahan yang paling terkenal adalah Rudolph. 

Pada tahun 1939, sebuah buku cerita diciptakan oleh Robert L. May yang mengisahkan tentang Rudolph, rusa kutub dengan hidung merah terang. Cerita Rudolph menjadi sangat populer, menginspirasi kartun, lagu, film, dan buku.