Olimpiade pertama diadakan pada tahun 776 SM. Namun bukti arkeologis menunjukkan bahwa Olimpiade tersebut mungkin telah dimulai berabad-abad sebelumnya.
Referensi mengenai contoh-contoh kecurangan yang legendaris telah bertahan selama berabad-abad. Sebuah adegan di mana seorang pegulat mencoba mencungkil mata lawannya dan menggigitnya secara bersamaan.
Di saat yang sama, wasit bersiap untuk memukul pegulat ganda dengan tongkat atau tongkat. Adegan tesebut menghiasi sisi cangkir dari sekitar tahun 490 SM.
Di Yunani modern, tiang penyangga yang dulunya menampung patung-patung besar masih berdiri kokoh di jalan menuju stadion kuno.
Namun, patung-patung ini bukanlah patung yang mengagung-agungkan prestasi atletik. Patung-patung itu menjadi pengingat akan atlet dan pelatih yang berbuat curang.
Dalam dokumentasi Pausanias, ada tiga metode utama ketidakjujuran dalam Olimpiade kuno.
Ada beberapa cerita tentang negara-negara kota yang mencoba menyuap atlet-atlet papan atas. Mereka diminta untuk berbohong soal daerah asalnya. Saat itu ada seorang atlet mencalonkan diri ke Syracuse dan bukannya kampung halamannya di Croton. Maka, Croton merobohkan patung dirinya dan menyita rumahnya untuk digunakan sebagai penjara umum.
Kemudian terjadi suap langsung antar atlet atau antar orang terdekat atlet untuk memengaruhi hasil.
Pada tahun 388 SM, pada Olimpiade ke-98, seorang petinju bernama Eupolus dari Thessaly menyuap tiga lawannya agar dia menang.
Keempat pria tersebut didenda berat. Setelah itu, ada enam patung perunggu Zeus, empat di antaranya memiliki tulisan tentang skandal tersebut dan peringatan bagi atlet masa depan.
Terakhir, ada pelanggaran dan trik terlarang di Olimpiade kuno. Pada sebuah fragmen drama satir, sekelompok pemain mengaku terdiri dari atlet yang ahli dalam gulat, balap kuda, lari, tinju, menggigit, dan memutar testis.
Para atlet dipukuli dengan tongkat atau dicambuk karena melanggar pemain lain. Mereka melakukan kecurangan untuk mendapatkan keuntungan, seperti memulai lebih awal dalam lomba lari.