Ia juga menyoroti bahwa demokrasi rentan terhadap ketidakstabilan dan kekacauan karena adanya perebutan kekuasaan antarkelompok. Baginya, hal ini dapat membahayakan stabilitas dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem demokratis.
Kematian Socrates melalui Pemungutan Suara Demokratis
Socrates mengecam sistem demokrasi Athena karena merasa bahwa demokrasi memprioritaskan pendapat mayoritas tanpa mempertimbangkan kebenaran. Ironisnya, dia sendiri diadili dan dihukum mati melalui proses demokratis yang ada di Athena pada masa itu.
Saat itu, Philip menjelaskan, hampir semua warga Athena dapat mengajukan tuntutan terhadap orang lain agar orang tersebut diadili.
“Tuduhan terhadap Socrates tidak jelas dan tidak lengkap, dan tidak ada badan peradilan yang mengawasi prosesnya,” kata Philip.
Secara keseluruhan, Philip menambahkan, “mudah bagi para jaksa penuntut untuk memutarbalikkan kebenaran dan mengekspresikan sentimen mayoritas.”
Sebagai seorang filsuf yang teguh pada prinsip-prinsip etika, Socrates menerima vonis mati dengan menenggak racun hemlock.
Kematian tragisnya adalah hasil dari sistem demokrasi yang belum matang, di mana keadilan sering kali terabaikan demi kepentingan mayoritas. Ini adalah ironi yang menggambarkan kerapuhan dari demokrasi Athena pada masa itu.