Para wanita harem, khususnya yang berpangkat lebih tinggi, mereka dapat menggunakan pengaruhnya untuk dalam membuat keputusan kaisar.
Keputusan itu seperti perkara kenegaraan, mengangkat sekutunya ke posisi penting, atau melemahkan saingannya.
Pengaruh ini tidak selalu terlihat jelas, sering kali hal ini berbentuk persuasi halus, manipulasi, atau penggunaan informasi secara strategis.
Harem juga merupakan tempat terbentuknya aliansi politik. Keluarga istri dan selir kaisar sering kali menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan bantuan dan kekuatan politik.
Istri atau selir berpangkat tinggi dapat mengamankan posisi penting bagi kerabatnya, sehingga meningkatkan pengaruh keluarganya di istana.
Kemunduran Harem Kekaisaran Tiongkok Kuno
Peran harem dalam politik tidak selalu positif. Harem bisa menjadi sarang intrik dan perebutan kekuasaan, terutama pada masa politik ketidakstabilan atau krisis suksesi.
Faksi-faksi yang bersaing akan bersaing untuk mendapatkan dukungan kaisar, sehingga menimbulkan persekongkolan, konspirasi, dan bahkan kekerasan.
Perebutan kekuasaan ini dapat meluas ke pengadilan dan menyebabkan ketidakstabilan politik yang lebih luas.
Salah satu anggota harem kekaisaran Tiongkok yang terkenal adalah Permaisuri Wu Zetian. Dia adalah satu-satunya wanita yang secara resmi memerintah Tiongkok sebagai kaisar dengan haknya sendiri.
Awalnya adalah selir Kaisar Taizong, ia naik ke tampuk kekuasaan pada masa Dinasti Tang dengan bersekutu dengan Kaisar Gaozong dan akhirnya naik takhta setelahnya.
Pemerintahannya dikenal sebagai Dinasti Zhou. Hal ini ditandai dengan reformasi signifikan dalam sistem pelayanan sipil, perluasan kekaisaran, dan promosi agama Buddha.