Dalam sejarah dunia, orang Mesir kuno mengetahui posisi dan pergerakan setiap benda langit dengan ketepatan yang mencengangkan. Diodorus dari Sisilia bahkan berkomentar bahwa orang Mesir dapat meramalkan gerhana matahari, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh orang Yunani pada saat itu.
Masuk akal jika bangsa Mesir kuno juga membuat peta langit, yang dikenal sebagai zodiak. Peta langit itu dibuat berdasarkan pengetahuan yang diwarisi dari bangsa Babilonia kuno.
Zodiak tersebut berisi dua belas rasi bintang yang membentuk 36 decan setiap tahun. Setiap decan diwakili oleh satu bintang tertentu dan keseluruhan sistem didasarkan pada pengamatan terbitnya bintang Sirius.
Hampir setiap konstelasi yang dikenal orang Mesir di kemudian hari memiliki kesesuaiannya dengan zodiak Yunani.
Mitologi: Sinkretisme Mesir dan Apropriasi Yunani
Pengaruh peradaban Mesir kuno yang paling bertahan lama di Yunani adalah agama. Bagaimanapun, orang-orang Yunani adalah orang pertama yang terkejut melihat dewa-dewa Mesir yang aneh dengan kepala binatang dan tubuh manusia.
Namun, ini bukanlah gambaran yang lengkap, karena mitologi dan agama Mesir sangat kaya dan berbelit-belit.
Herodotus adalah penulis sejarah pertama yang menceritakan fenomena yang dikenal sebagai sinkretisme. Sinkretisme identifikasi dewa-dewa dari agama yang berbeda satu sama lain.
Sinkretisme sangat penting pada Periode Helenistik, setelah penaklukan Aleksander Agung. Horus menjadi Apollo, Ptah menjadi Hephaestus, Isis diidentikkan dengan Demeter, Neith dengan Athena, dan seterusnya.
Dewa-dewa di Mesir tidak hanya mempunyai satu penampakan saja, melainkan banyak. Misalnya, Thoth, dewa kebijaksanaan dan penemu kitab suci dalam mitos, direpresentasikan sebagai babon, manusia berkepala ibis, atau manusia seutuhnya.
Gambaran terakhir inilah yang diambil dan diadaptasi oleh orang-orang Yunani ke dalam agama mereka sendiri, menggabungkannya dengan Hermes. Gabungan tersebut melahirkan Hermes Trismegistos, atau “Hermes yang Tiga Kali Terbesar.”