Socrates dan Konfusius: Filosofi yang Serupa, Dunia yang Berbeda

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 10 Januari 2024 | 15:00 WIB
Socrates, filsuf Yunani kuno berpengaruh dalam sejarah dunia di akhir kehidupannya begitu tragis. (Wikimedia Commons)

Konfusius menganggap hati yang baik sebagai kualitas bawaan setiap individu. Namun, hal ini jarang disadari secara utuh oleh setiap orang. Baginya, kebaikan adalah hubungan cinta kasih yang sejati di antara manusia.

Socrates, sementara itu, juga menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang bermoral dan baik sebagai jalan menuju kebahagiaan dan kepuasan. Dia juga percaya bahwa cinta adalah bahan bakar untuk menggerakkan kita menuju kebaikan.

Hubungan manusia yang tepat adalah persahabatan, dan kebaikan adalah sumber dari cita-cita dan apa yang seharusnya tuntunan dalam setiap tindakan manusia.

Socrates, demikian juga Konfusius, percaya bahwa kecenderungan manusia adalah lebih menyukai keindahan daripada kebajikan. Di sisi lain, mereka mengajarkan kepada murid-muridnya untuk fokus menjadi pribadi yang berbudi luhur, untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Oleh karena itu, mereka menekankan bahwa pendidikan adalah salah satu sarana utama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Philip menjelaskan, pertama-tama, bagi kedua filsuf ini, penting bagi seseorang untuk memiliki pengetahuan diri. Hal ini adalah sesuatu yang paling penting.

“Hal ini termasuk menyadari apa yang diketahui dan tidak diketahui,”  jelas Philip.

Filsafat dan Praktik

Konfusius menggambarkan dirinya sebagai “seseorang yang tidak menciptakan apa-apa”. Ia mengklaim bahwa seluruh yang ia ketahui, adalah hasil dari proses belajar. 

Dalam mengajar, ia mengajak murid-muridnya untuk mempelajari dan merefleksikan diri terhadap karya-karya klasik yang lebih tua. 

Dengan demikian, Philip menjelaskan, hal tersebut memungkinkan para muridnya untuk menciptakan relasi antara “masalah-masalah moral di masa lalu dan masa kini melalui pemikiran akademis yang mendalam.”

Nilai-nilai moral sangatlah penting bagi Socrates dan Konfusius. Ketika Socrates diadili, dalam pembelaannya, ia berkata, "Selama saya masih bisa bernapas dan mampu, saya tidak akan berhenti mempraktikkan filsafat."