Mengupas Teori Penyebab Kematian Cleopatra dalam Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 1 Januari 2024 | 11:20 WIB
Kematian Cleopatra, firaun wanita sejarah Mesir kuno. (Wikimedia Commons)

Antony, yang pernah menjadi pemimpin militer tangguh, kini tinggal bayang-bayang dari dirinya yang dulu. Semangatnya hancur karena kekalahan di Actium dan desersi sekutu dan pendukungnya.

Pada tanggal 1 Agustus 30 SM, pasukan Oktavianus menerobos Alexandria. Antony menerima berita palsu tentang kematian Cleopatra. Dalam keputusasaan, dia bunuh diri dengan pedang.

Cleopatra yang masih hidup ditangkap oleh anak buah Oktavianus dan dijaga. Pada hari-hari berikutnya, ia berusaha untuk bernegosiasi dengan Oktavianus, namun sang penakluk Mesir tidak begitu tertarik pada tawar-menawar yang akan menjadikan Cleopatra sebagai sosok yang mempunyai pengaruh politik.

Oktavianus bermaksud untuk memamerkannya dalam kemenangannya di Roma. Bertekad untuk tidak dipermalukan dalam tontonan seperti itu, Cleopatra ditemukan tewas pada 12 Agustus 30 SM.

Teori Penyebab Kematian Cleopatra

Keadaan seputar kematian Cleopatra telah menjadi bahan perdebatan dan spekulasi selama berabad-abad.

Sumber kuno utama yang menggambarkan kematian Cleopatra adalah sejarawan Romawi Strabo, Plutarch, dan Cassius Dio.

Mereka semua sepakat bahwa dia bunuh diri pada Agustus 30 SM, tak lama setelah kekasihnya Mark Antony melakukan hal yang sama. Namun, mereka berbeda pendapat mengenai rincian bagaimana dia bunuh diri.

Teori yang paling populer dan bertahan lama adalah bahwa dia bunuh diri dengan membiarkan seekor ular kobra menggigitnya. 

Plutarch, yang menulis satu abad kemudian kematiannya, secara khusus mengklaim bahwa dia menyembunyikan ular kecil itu di sekeranjang buah ara dan membiarkannya menggigit lengannya.

Versi peristiwa ini telah diromantisasi dan diabadikan oleh sejarawan kuno seperti Plutarch dan Shakespeare dalam tragedi "Antony dan Cleopatra".

Namun, gigitan ular tersebut bukanlah satu-satunya teori yang diajukan. Strabo, yang masih hidup pada saat kematiannya, menulis bahwa dia mengoleskan salep beracun ke tubuhnya.