Nationalgeographic.co.id—Penghujung Kekaisaran Babilonia Baru memiliki cerita menarik sebelum dikuasai oleh Korseh II (Koresh Agung) dari Kekaisaran Akhemeniyah Persia.
Raja terakhir Kekaisaran Babilonia Baru adalah Nabonidus (556-539 SM) yang naik takhta setelah pembunuhan Labashi-Marduk yang hanya berkuasa beberapa bulan saja.
Para ahli sejarah masih memperdebatkan apakah Nabonidus yang naik takhta punya peran dalam pembunuhan Labashi Marduk. Yang jelas, ketika diangkat, Nabonidus tidak mengira akan menjadi raja walaupun mungkin menginginkannya.
Nabonidus bisa dibilang tokoh kerajaan dari sejarah Babilonia yang unik dan penuh misteri. Hingga suatu ketika pada 552 SM sampai 542 SM, Nabonidus menghilang.
Raja itu mengasingkan diri di Tayma, sebuah oasis gurun yang kaya di Arab (hari ini di Provinsi Tabuk, Arab Saudi). Dia memercayakan putranya, Belsyazar untuk memerintah di ibu kota Babilonia.
Para ahli sejarah tidak mengetahui alasan pasti mengapa pengasingan ini dilakukan oleh raja terakhir Kekaisaran Babilonia Baru itu. Pendapat mengatakan bahwa pengasingan ini disebabkan oleh perselisihan pemuka agama dan oligarki dalam sejarah Babilonia. Ada pula yang berpendapat bahwa Nabonidus pergi karena penyakit gila.
Ada pula pertanyaan lainnya, apa yang membuat Tayma menarik dikunjungi Nabonidus? Cerita pengasingan ini tidak hanya terdokumentasi dalam peninggalan Kerajaan Babilonia Baru, tetapi juga di Perjanjian Lama kitab Habakuk 3:3.
Mengasingkan diri ke Tayma tanpa kejelasan
Bisa jadi, Nabonidus tertarik pada Tayma ketika kampanye militer melawan Edom, kerajaan yang terletak di Transyordania, yang memberontak. Kampanye ini terjadi pada Mei 553 SM yang membuat banyak bangsa Yahudi ditawan dalam sejarah Babilonia.
Usai menaklukkan pemberontak, Nabonidus berkampanye di Arab melawan suku Dadanu (Lihyan). Suku ini berkuasa selama Zaman Besi di bagian utara Jazirah Arab hingga Yathrib (sekarang Madinah).
Kampanye tersebut membuat kota-kota lain di Arabia, termasuk Tayma ditaklukkan Kekaisaran Babilonia Baru. Tayma disebutkan menjadi pusat pemerintahan sementara pada musim panas 552 SM. Setelah itulah, Nabonidus tinggal di sana selama ekitar satu dekade dan baru kembali ke ibu kota Babilonia.
Kota Tayma adalah oasis penting yang dilintasi jalur perdagangan Arab, namun lemah secara pertahanan. Fakta ini masuk akal jika menjadi alasan mengapa Kekaisaran Babilonia Baru menguasainya. Namun, sangat tidak jelas mengapa Nabonidus mengasingkan diri di Tayma.