Bagaimana Sejarah Perang Salib Berpengaruh pada Kehidupan Modern?

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 7 Januari 2024 | 14:00 WIB
Sejarah Perang Salib yang dimulai pada tahun 1095 hingga 1291 telah membawa dampak besar terhadap kehidupan modern. (Leemgae/ Getty Images)

Nationalgeographic.co.id – Sejarah Perang Salib adalah serangkaian perang agama yang dilakukan oleh umat Kristen dari seluruh Eropa dalam upaya merebut kembali Tanah Suci dari umat Islam. 

Peperangan ini dimulai pada tahun 1095 hingga 1291. Sejarah Perang Salib sangat berdampak terhadap kehidupan modern, baik jangka pendek maupun panjang. 

Sejarah Perang Salib pada dasarnya adalah sebuah peristiwa militer, karena ratusan ribu pejuang bentrok dalam berbagai pertempuran yang terjadi pada era Perang Salib.

Hasilnya, taktik, persenjataan dan keahlian militer berkembang pesat. Inti dari perkembangan ini adalah masuknya ideologi agama ke dalam peperangan.

Hal ini mengakibatkan berkembangnya ordo dan institusi keagamaan baru. Salah satunya yang terkenal adalah kelompok agama jenis baru, yaitu ordo militer.

Ordo militer adalah kelompok kesatria yang bersumpah untuk melindungi peziarah agama saat mereka menuju Tanah Suci.

Para anggota ordo militer bertugas membela para peziarah ini dari potensi ancaman. Jika mereka harus membunuh untuk melindungi mereka, para anggota ordo akan melakukannya. 

Ordo militer yang paling terkenal adalah Kesatria Hospitaller, Kesatria Templar, dan Kesatria Teutonik. Ordo-ordo ini sangat kaya dan berkuasa. Mereka memainkan peran utama dalam sejarah Perang Salib.

Dampak jangka panjang lain dari sejarah Perang Salib adalah banyak negara modern mengalami periode ekspansi atau penciptaan pada masa ini.

Misalnya, Portugal didirikan pada tahun 1143 sebagai hasil Reconquista Spanyol. Sejarah Perang Salib juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan Spanyol dan Perancis.

Yang paling menonjol, beberapa kerajaan Kristen bekerja sama untuk mengusir Muslim dari Spanyol pada masa Reconquista.

Kekaisaran Bizantium juga memperluas wilayahnya selama Perang Salib, karena mereka mampu memanfaatkan situasi tersebut dan merebut kembali sebagian wilayah dari umat Islam selama Perang Salib Pertama.

Sayangnya, konflik yang berkepanjangan dengan tentara salib Eropa berujung pada bentrokan militer dengan pasukan Bizantium.

Selama Perang Salib Keempat, ibu kota Bizantium sendiri direbut dan dimulailah periode kemunduran kekaisaran.

Pada tahun 1299, sebuah kerajaan Muslim baru, yang dikenal sebagai Ottoman, mendapat keuntungan dari peristiwa ini. Mereka mampu menguasai sebagian besar Kekaisaran Bizantium setelah Perang Salib Keempat dan terus berkembang hingga abad ke-15.

Pada tahun 1453, Kekaisaran Ottoman merebut Konstantinopel dan mengakhiri Kekaisaran Bizantium.

Dampak jangka panjang lain dari Perang Salib adalah perkembangan teknologi baru. Hal ini paling jelas terlihat dalam bidang peperangan, ketika orang-orang Eropa dihadapkan pada senjata dan taktik baru selama mereka berada di Tanah Suci.

Kesatria Eropa juga mulai menggunakan baju besi yang lebih berat. Hal ini membuat mereka lebih tahan terhadap serangan.

Selain itu, kemajuan dicapai dalam pembuatan kapal dan navigasi, yang memungkinkan orang Eropa melakukan perjalanan dengan lebih mudah ke belahan dunia lain.

Perang Salib juga berperan dalam penyebaran ide dan pengetahuan antara Eropa dan Timur Tengah. Selama Perang Salib, orang-orang Eropa bersentuhan dengan ide-ide, teknologi, dan cara hidup baru.

Misalnya, tentara salib yang kembali dari Timur membawa kembali buku-buku tentang berbagai topik, seperti kedokteran, astronomi dan matematika.

Selain itu, mereka juga memperkenalkan pembelajaran bahasa Arab kepada para sarjana Eropa. Para cendekiawan Muslim berhasil menyelamatkan salinan langka karya tulis Yunani dan Romawi Kuno yang telah lama hilang di Eropa. 

Perang Salib juga membantu Gereja Katolik berkembang dalam beberapa cara. Misalnya, Gereja menjadi lebih tersentralisasi dan terorganisir akibat Perang Salib. 

Munculnya perbankan terpusat di dalam gereja dikembangkan sebagai akibat langsung dari Perang Salib, untuk mengelola sejumlah besar uang dan sumber daya yang mengalir ke dalam gereja.

Selain itu, Gereja mengembangkan pemahaman mereka mengenai doktrin dan praktik lama dan baru, seperti surat pengampunan dosa dan ziarah, yang akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap agama Kristen.

Terakhir, Gereja menjadi jauh lebih kuat dan berpengaruh sebagai akibat dari Perang Salib, yang turut memperkuat posisinya sebagai salah satu lembaga politik terpenting di Eropa.

Perang Salib mempunyai sejumlah dampak ekonomi di Eropa. Di antaranya memperoleh keuntungan finansial dari perang salib melalui pajak yang dikenakan pada tentara salib, perdagangan dengan Timur Tengah dan penjarahan.

Sejarah Perang Salib juga berdampak pada mata uang, karena koin perak dari tanah Arab mulai beredar di Eropa pada masa ini.

Kota-kota seperti Venesia dan Genoa juga menjadi sangat kaya karena keterlibatan mereka dalam Perang Salib. Karena keduanya adalah negara penjelajah laut, mereka dapat memperoleh keuntungan dari transportasi orang dan barang ke dan dari Tanah Suci.

Selama masa peperangan terbuka, para pedagang Venesia menjadi sumber makanan dan air yang berharga bagi tentara Eropa.

Ada juga sejumlah bendera nasional yang dipengaruhi oleh Perang Salib. Secara khusus, penggunaan salib Perang Salib pada bendera menjadi populer selama Perang Salib.

Misalnya, bendera Inggris, Skotlandia, dan Estonia semuanya bergambar salib. Bendera Malta memiliki salib yang mirip dengan yang digunakan oleh Kesatria Hospitaller.

Selain itu, bendera Swiss menampilkan salib putih dengan latar belakang merah, mirip dengan bendera yang digunakan oleh tentara Perang Salib.

Terlepas dari kenyataan bahwa sejarah Perang Salib merupakan serangkaian perang yang brutal, namun hal tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap dunia Eropa dan Muslim. 

Sejarah Perang Salib telah membentuk konsepsi modern kita mengenai umat Kristen dan Muslim, dan juga meninggalkan warisan abadi pada sistem politik dan ekonomi.