Venus, bersinar lebih terang dibandingkan planet lain mana pun di langit malam, mengambil namanya dari dewi cinta dan keindahan Romawi. Keindahan planet ini menjadikannya pilihan yang wajar untuk dikaitkan dengan Venus, dewa yang dipuja karena pesona dan daya tariknya.
Mars, dengan rona merahnya yang khas diasosiasikan dengan dewa perang Romawi. Warna ini mengingatkan pada darah dan api. Hal ini menjadikan Mars nama yang tepat untuk planet ini, mencerminkan sifat agresif dan suka berperang yang dikaitkan dengan dewa Mars. Penampilan planet yang kemerahan menjadi simbol kecakapan dan kekuatan bela diri dewa tersebut.
Jupiter, planet terbesar di tata surya kita, dinamai menurut nama raja para dewa Romawi. Penamaan ini juga mencerminkan pentingnya Jupiter dalam agama Romawi sebagai penguasa para dewa dan manusia.
Saturnus dengan cincin indah dan orbitnya yang lebih lambat, dinamai menurut nama dewa pertanian dan waktu Romawi. Nama tersebut menggambarkan keberadaan planet yang lebih jauh dan tenteram di langit.
Saturnus, sang dewa, dikaitkan dengan menabur dan memanen, dan hubungannya dengan waktu sejalan dengan perjalanan panjang planet mengelilingi matahari.
Mengapa Planet yang baru Ditemukan Diberi Nama Sesuai Nama Dewa?
Penemuan teleskop pada awal abad ke-17 menandai momen penting dalam sejarah astronomi. Dengan alat baru ini, para astronom dapat melihat langit dengan kejelasan dan detail yang belum pernah ada sebelumnya.
Galileo Galilei, salah satu orang pertama yang menggunakan teleskop untuk tujuan astronomi, melakukan pengamatan inovatif yang menantang gagasan umum tentang tata surya.
Ia menemukan bulan-bulan yang mengorbit Jupiter dan mengungkapkan bahwa tidak semua benda di luar angkasa berputar mengelilingi Bumi, sebuah konsep yang revolusioner pada saat itu.
Kemajuan ini mengarah pada penemuan planet di luar lima planet yang diketahui para astronom kuno.
Uranus ditemukan pada tahun 1781 oleh William Herschel, memperluas batas tata surya yang diketahui. Penemuan ini diikuti oleh Neptunus pada tahun 1846 dan kemudian Pluto pada tahun 1930, meskipun Pluto diklasifikasikan ulang sebagai planet katai pada tahun 2006.
Dengan setiap penemuan baru, konvensi penamaan yang ditetapkan oleh bangsa Romawi dilanjutkan, menghormati tradisi penamaan planet dengan nama tokoh mitologi.