Sebagai saingan, Etruria turut memberikan pengaruh dalam banyak hal bagi Roma. Namun penggambaran paling awal tentang pertarungan gladiator yang terkait dengan pemakaman berasal dari lukisan di makam Campanian sejak abad keempat SM.
Perkembangan gladiator di Kekaisaran Romawi
Dimasukkannya pertarungan gladiator di pemakaman terus meningkat di Roma sepanjang abad terakhir SM. “Dan jumlah gladiator di setiap munus juga bertambah,” tambah Nielsen.
Pada tahun 216 SM, lebih dari 40 gladiator bertarung sampai mati di pemakaman konsul Marcus Aemilius Lepidus.
Kurang dari empat dekade kemudian, pada tahun 183 SM, pemakaman negarawan Publius Licinius melibatkan 120 gladiator. Dan pertarungan tersebut berlangsung selama tiga hari.
Seperti halnya pembagian daging dan anggur, tontonan kekerasan ini menunjukkan kehebatan keluarga almarhum kepada publik.
Pertarungan awalnya dipentaskan di Forum Boarium, pasar ternak Roma. Forum tersebut hanya menyediakan sedikit akomodasi bagi penonton.
Namun, seiring dengan meningkatnya skala dan popularitas gladiator, pertarungan dipindahkan ke Forum Romanum yang lebih besar.
Di tempat yang baru, tribun kayu dapat didirikan untuk menampung massa yang jumlahnya meningkat pesat.
Para gladiator juga berubah. Pada awalnya, mereka adalah budak yang dipersenjatai dengan senjata sederhana dan tanpa baju besi.
Mereka hanya mendapat sedikit atau tanpa pelatihan dan dipaksa bertarung sebaik mungkin.
Beberapa penyelenggara penguburan mulai membekali para budak dengan baju besi yang biasa dikenakan tentara Romawi, termasuk chainmail.