Dia mencoba kawin dengan apa pun yang bergerak. Entah dewi, bidadari, pria, wanita, atau binatang. Kata “panik” berasal dari dewa Pan , yang dikatakan dapat membangkitkan rasa takut pada manusia dan membuat mereka lari saat melihatnya.
Cronus adalah dewa laki-laki yang disembah oleh penduduk Yunani pra-Hellenik. Dia mengebiri ayahnya sendiri, Uranus dengan sabit dan melemparkannya ke dalam air hingga melahirkan dewi Aphrodite.
Cronus juga menelan anak-anaknya. Anak Cronus adalah dewa Zeus, Poseidon, Hestia, Hades, Hera, dan Demeter. Dia menyembunyikan Zeus dari Cronus dan memberinya batu untuk dimakan.
Setelah dewasa, Zeus memaksa Cronus untuk memuntahkan saudara laki-laki dan perempuannya. Hingga pada akhirnya Cronus diberi racun dan memuntahkan anak-anaknya di mitologi Yunani kuno.
Dionysus
Dionysus adalah dewa anggur, keracunan dan kekacauan. Dia berubah menjadi banteng atau singa dan membuat manusia menjadi gila. Namanya dalam bahasa latin adalah Bacchus.
Banyak orang menganggap dewa Yunani gila ini sebagai kekuatan anarki dan ekstasi. Dionysus unik di antara para dewa Olympian karena salah satu orang tuanya, ibunya Semene adalah seorang manusia fana.
Untuk menghormati Dionysus diadakan bacchanal, sebuah pesta pora Romawi mabuk-mabukan dan seks liar. Versi lain menyebut Bacchanal berasal dari pesta komunal Yunani, di mana suku Yoruba berkomunikasi dengan dewa-dewa mereka. Sarjana George D. Thomson menjelaskan bahwa teater Dionysian yang asli bukanlah bentuk hiburan pasif bagi penonton Yunani. Sebaliknya, itu adalah sebuah ritual komunal.
Salah satu cara untuk membayangkan mediasi para dewa ini adalah pemakaian topeng dalam teater Yunani kuno. Para arkeolog telah menemukan topeng Dionysus di Turki Barat.
Dionysus menciptakan rave khusus wanita yang berlangsung pada malam hari di daerah pedesaan. Peserta menari hingga subuh, dimabukkan dengan anggur, nyanyian, dan gairah.
Zeus