Pliny the Younger, Saksi Mata Letusan Gunung Vesuvius Sejarah Romawi

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 17 Januari 2024 | 17:00 WIB
Pliny the Younger menjadi saksi mata bencana letusan Gunung Vesuvius yang mengubur Pompeii dalam sejarah Romawi kuno. (The Collector)

Sekembalinya ke Roma, ia memulai karier hukum, dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai advokat yang fasih dan efektif.

Pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (81-96 M), Pliny menjabat dalam serangkaian posisi kecil di bidang peradilan dan administratif.

Meskipun periode ini penuh bahaya, ditandai dengan meningkatnya paranoia dan tindakan pembersihan yang dilakukan kaisar, Pliny mengatasi tantangan ini dengan hati-hati dan bijaksana.

Kemampuannya untuk mempertahankan posisi dan reputasinya selama masa-masa sulit ini merupakan bukti kecerdasan politik dan kemampuan beradaptasinya.

Aksesi Nerva pada tahun 96 M dan Trajan pada tahun 98 M menandai perubahan iklim politik kekaisaran Romawi kuno, yang lebih kondusif bagi Pliny.

Di bawah Trajan, karier Pliny berkembang pesat. Ia diangkat ke posisi konsul yang bergengsi pada tahun 100 M, sebuah peran yang menempatkannya di jantung kehidupan administratif dan politik Romawi.

Jabatan konsulnya bukan hanya suatu kehormatan tetapi juga sebuah platform yang memungkinkan dia mempengaruhi kebijakan dan pemerintahan.

Kekuasaan dan Pengaruhnya di Sejarah Romawi Kuno

Mungkin periode karir politik Pliny yang paling signifikan dan terdokumentasi dengan baik adalah pengangkatannya sebagai gubernur Bitinia-Pontus, sebuah provinsi di Turki modern, sekitar tahun 110 Masehi. 

Masa jabatannya sebagai gubernur sangat terkenal karena masih adanya korespondensi dengan Kaisar Trajan. Sebagai anggota kelas senator, Pliny sangat terlibat dalam intrik politik Roma. Kariernya membawanya berhubungan dengan beberapa kaisar, terutama Trajan, yang pada masa pemerintahannya ia mencapai puncak pengaruh politiknya.

Selain itu, Pliny juga merupakan partisipan aktif dalam lingkaran sastra dan intelektual Roma, termasuk tokoh-tokoh seperti Tacitus hingga Suetonius.

Rumahnya di Roma dan vilanya di pedesaan Italia merupakan pusat wacana intelektual, tempat berlangsungnya diskusi tentang filsafat, sastra, dan politik.

Pertemuan-pertemuan ini mencerminkan praktik budaya elit Romawi, di mana status sosial sering kali ditingkatkan melalui perlindungan seni dan aktivitas intelektual dalam sejarah Romawi kuno.