Ambisi Raja Richard I dan Pengaruhnya di Sejarah Perang Salib Ketiga

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 21 Januari 2024 | 17:20 WIB
Sejarah Perang Salib menjadi kesempatan untuk menegaskan kehebatan militer dan keterampilan kepemimpinannya, bagi Raja Richard I. (Public domain)

Hal ini juga menawarkan kesempatan untuk mendapatkan kendali atas rute perdagangan dan wilayah yang menguntungkan di Timur Dekat.

Perang Salib dipandang sebagai sarana untuk memperluas pengaruh umat Kristen Eropa. Bagi Richard I, sejarah Perang Salib adalah masalah kehormatan dan keberanian pribadi.

Reputasinya sebagai raja pejuang ditingkatkan dengan partisipasinya dalam kampanye militer yang signifikan. Sejarah Perang Salib menawarkan jalan bagi para kesatria dan bangsawan untuk mencapai kejayaan dan kehormatan dalam pertempuran, sejalan dengan cita-cita kesatria pada saat itu.

Pencarian akan kemuliaan dan kehormatan pribadi merupakan motivator yang kuat, sering kali terkait dengan tujuan agama dan politik.

Apa yang dilakukan Richard I selama Perang Salib Ketiga?

Sejarah Perang Salib Ketiga berlangsung dari tahun 1189 hingga 1192. Perang ini ditandai dengan konfrontasi dan manuver strategis yang signifikan, terutama melibatkan Raja Richard I.

Tujuan utama Perang Salib adalah merebut kembali Yerusalem, yang telah jatuh ke tangan Saladin, Sultan Mesir dan Suriah, pada tahun 1187.

Richard I berangkat dari Inggris pada bulan Juli 1190, bergabung dengan Raja Philip II dari Perancis dan tentara salib Eropa lainnya. Perjalanan mereka ke Tanah Suci penuh dengan tantangan, termasuk karamnya kapal di dekat Siprus pada Mei 1191.

Penaklukan Richard selanjutnya atas Siprus merupakan kemenangan strategis, menyediakan basis pasokan yang berharga bagi Tentara Salib.

Pertempuran besar pertama di Tanah Suci adalah Pengepungan Acre, yang dimulai sebelum kedatangan Richard dan berlangsung hingga Juli 1191. 

Kota ini, di bawah kendali Muslim, merupakan benteng pesisir yang strategis. Kedatangan Richard memainkan peran penting dalam pengepungan tersebut, membawa kekuatan dan sumber daya baru bagi pasukan Tentara Salib.

Pengepungan tersebut berakhir dengan penyerahan garnisun Muslim, menandai kemenangan signifikan bagi Tentara Salib dan peningkatan moral untuk kampanye mereka.