Oleh Feri Latief, Kontributor National Geographic Indonesia
Nationalgeographic.co.id—Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN melakukan penelitian di situs purbakala di Patiayam, Kudus, Jawa Tengah.
Penelitian arkeologi pada pertengahan Januari silam telah dipimpin oleh Prof. Truman Simanjuntak, arkeolog dan pakar prasejarah senior yang kini juga mengepalai lembaga CPAS (Centre for Preshistory and Austronesian Studies) atau Yayasan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia.
Bagi Truman, penelitian di Patiayam bukan perkara baru. Pada tahun 1981-1983, Dia pernah memimpin survei dan ekskavasi di kawasan purbakala ini, serta pengamatan muka tanah di sekitar situs di sepanjang aliran Kali Balong dan Kali Ampo dari hulu hingga hilirnya.
Pada masa purba, Gunung Patiayam merupakan daratan yang terpisah dengan Pulau Jawa. Gunung ini diapit pulau lain di sisi utaranya—yang sekarang menjadi Gunung Muria—dan di selatannya—kini Pegunungan Kendeng. Sejauh ini Patiayam menyimpan artefak batu yang melimpah dan fauna yang tidak ditemukan di situs lainnya.
"Situs Patiayam penting karena kekayaan fosil kandungannya (hewan dan manusia purba), termasuk peralatannya yg dibuat dari batu," kata Truman di lokasi penelitian. "Situs ini menjadi lebih menarik lagi, karena lokasinya—bersama Gunung Muria—yang terisolasi dari daratan Jawa pada masa itu."
Truman menambahkan tentang keunikan situs ini, "Biasanya erectus memilih wilayah hunian di daerah aliran sungai seperti Bengawan Solo, tapi di Patiayam tidak ada sungai besar, kecuali sungai kecil yang sebagian besar musiman. Situs ini juga lebih jarang dibicarakan jika dibandingkan dengan situs Sangiran, Trinil, Ngandong, dan lain-lain."
Tim peneliti berhasil menemukan fosil elephas, jenis gajah yang paling modern dan merupakan generasi ketiga gajah purba. Kendati kerap disebut gajah purba, bentuknya relatif sama dengan gajah sekarang. Fosil itu berada di kebun jagung milik Wagiran, warga Dusun Rangit Baru, Desa Terban, Kecamatan Jekulo.
Mirza Ansyori, arkeolog yang terlibat dalam ekskavasi, menyatakan, "Satu dari sedikit penemuan kerangka elephas dari situs kala Pleistosen Tengah yang masih berada pada konteks kesatuan anatomis."