Meski demikian, kastrasi dalam sejarah abad pertengahan hanya diberlakukan kepada pihak tertentu seperti budak atau sebagai hukuman.
Magdalena Moorthy Kloss dalam Slavery in Medieval Arabia, praktik kastrasi telah berkembang di Timur Tengah sejak peradaban Sumeria untuk para kasim (pelayan kerajaan). Bagaimanapun, inilah awal mula kehadiran vasektomi dalam kontrasepsi modern.
Secara praktik, metode kontrasepsi yang paling dikenal adalah penarikan penis saat ejakulasi dan pemasangan perangkat di dalam organ wanita. Cara ini sangat efektif dan rasional, ketimbang menggunakan pengobatan yang sedang berkembang.
Musallam menjelaskan, peradaban Islam memberlakukan praktik aborsi, seperti yang dibahas juga oleh Ibnu Hubal sebelumnya. Musallam mengungkapkan, hampir seluruh mazhab Islam memperbolehkan aborsi dengan syarat tertentu, dan "hanya Mazhab Maliki yang jelas-jelas melarangnya".
"Para dokter Timur Tengah pada Abad Pertengahan menggunakan indikasi medis yang sama untuk mencegah kehamilan dan mencegah kelahiran. Mereka menganggap kontrasepsi dan aborsi sebagai 'kontrol kelahiran'," tulis Musallam.
Syarat diperbolehkannya pasien melakukan aborsi adalah tidak boleh lebih dari empat bulan kehamilan. Islam meyakini, janin sidah diberikan ruh oleh Tuhan pada akhir bulan keempat. Banyak ulama dan cendekiawan muslim dalam sejarah abad pertengahan, termasuk al-Razi memperbolehkan selama penanganan dilakukan kalangan profesional.
Dalam kanonnya, Ibnu Sina menulis tentang syarat aborsi:
"Yaitu bila ibu hamil masih muda dan kecil dan dikhawatirkan persalinannya akan menyebabkan kematiannya, atau bila ia menderita penyakit rahim atau bila ada pertumbuhan daging di dalam rahim sehingga menyulitkan janin untuk keluar. Juga ketika janin meninggal dalam kandungan wanita. Ketahuilah bahwa bila persalinan berlanjut selama empat hari berarti janin sudah meninggal. Oleh karena itu jagala nyawa sang ibu, dan bukan nyawa janinnya. Adapun keluarkan janinnya."
Musallam berpendapat, "Hal ini merupakan konsekuensi besar terhadap hubungan antara agama dan sains pada umumnya, dan khususnya pada pemikiran biologi abad pertengahan, ketika Alquran menggambarkan perkembangan janin dalam bahasa ilmu biologis saat itu."
"Keadaan ini tidak mengejutkan umat Islam abad pertengahan, yang pada umumnya yakin bahwa Tuhan berbicara kepada umat manusia dalam bahasa yang dapat mereka pahami," lanjutnya.