Athena Jarang Bersalju, Bagaimana Deskripsi Salju di Mitologi Yunani?

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 27 Januari 2024 | 09:00 WIB
Mitologi Yunani mendeskripsikan salju sebagai beban hidup dan tidak menyenangkan. (The Archeologist)

Nationalgeographic.co.id—Athena, ibukota Yunani modern saat ini adalah wilayah 4 musim yang jarang turun salju. Hal serupa juga terjadi pada banyak wilayah Yunani Kuno. Lantas bagaimana mitologi Yunani mendeskripsikan salju?

Seperti diketahui, di banyak belahan dunia, musim dingin merupakan musim yang mendatangkan salju. Meskipun seperti ini lebih jarang terjadi di Yunani dibandingkan di Eropa utara.

Meski cuaca seperti ini memang terjadi, terutama di pegunungan. Orang-orang Yunani kuno mengetahui tentang salju.

Homer menggunakannya sebagai dasar untuk beberapa metafora dan perumpamaan dalam puisi epiknya.

Jadi, apa sebenarnya pendapat orang Yunani tentang hal itu? Ternyata, terdapat berbagai kisah mitologi Yunani terkait salju, seperti asal usul dan penyebabnya.

Ada juga komentar dari para ilmuwan Yunani kuno tentang subjek ini.

Apakah orang Yunani kuno menyukai salju?Referensi Homer tentang salju dalam puisi epiknya mengungkapkan bagaimana orang Yunani pada umumnya memandang salju.

Dalam Odyssey, terdapat deskripsi Dataran Elysian, yang merupakan kehidupan setelah kematian dalam mitologi Yunani yang diperuntukkan bagi mereka yang mendapat persetujuan para dewa.

Itu dimaksudkan untuk menjadi semacam surga. Homer mendeskripsikannya sebagai “tempat hidup paling mudah bagi pria. Tidak ada salju di sana, tidak ada badai besar, atau hujan.”

Oleh karena itu, salju dideskripsikan sebagai beban hidup dan tidak menyenangkan, bukan sesuatu yang bisa dinikmati. Hal ini dipandang sebagai ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari seperti badai atau hujan.

Namun apakah komentar Homer mencerminkan pandangan sebagian besar orang Yunani yang hidup pada masa itu? Kita tidak dapat memastikannya.

Namun, jelas bahwa siapa pun yang terlibat dalam kampanye militer akan menganggap buruk salju.

Berbagai catatan kuno tentang pasukan yang berbaris melalui medan bersalju menyoroti bahaya yang ditimbulkannya.

Pasukan dan hewan mereka sering kali terjebak di dalamnya dan mati karena kedinginan.

Salju dalam mitologi YunaniMitologi Yunani menampilkan beberapa cerita yang berfokus pada bagaimana salju muncul atau apa perannya di dunia.

Satu kepercayaan sederhana adalah bahwa hal itu disebabkan oleh Zeus. Dalam Iliad, Homer mengacu pada Zeus yang membawa salju ke umat manusia melalui panahnya.

Oleh karena itu, tampaknya anak panahnya diyakini bertanggung jawab atas fenomena cuaca tertentu, termasuk hujan salju.

Mitos lain mengaitkan salju dengan bidadari (sejenis dewa yang lebih rendah) bernama Chione.

Nama ini berasal langsung dari kata Yunani kuno yang berarti 'salju'. Dia adalah putri Boreas, dewa angin utara.

Tampaknya hanya ada sedikit mitos yang bertahan mengenai bidadari pembawa salju ini, namun namanya menyiratkan dengan kuat bahwa inilah yang diyakini orang Yunani.

Namun, dia bukan satu-satunya karakter dalam mitologi Yunani dengan nama ini. Chione lainnya adalah permaisuri Boreas.

Meskipun tidak umum di beberapa tempat, salju terlihat di Yunani kuno. (Midjourney for GreekReporter)

Mengingat namanya dan, sekali lagi, hubungannya dengan dewa angin utara, mungkin saja orang Yunani memandangnya memiliki hubungan dengan salju dalam beberapa hal.

Yang pasti, orang-orang Yunani juga sangat mengasosiasikan Boreas dengan cuaca bersalju. Sebagai dewa angin utara, dia dikatakan telah meniupkan udara dingin ke arah Yunani dari utara, khususnya dari Thrace.

Penyair masa awal, Pindar, menggambarkan Boreas sebagai makhluk yang ’bernafas suram dan beku’.

Oleh karena itu, kemungkinan besar sebagian orang Yunani memandang Boreas sebagai penyebab langsung terjadinya salju.

Wanita ketiga bernama Chione adalah putri Callirhoe, salah satu Oceanids —sekelompok nimfa- dan Nilus, dewa Sungai Nil di Mesir.

Dikatakan bahwa Zeus memindahkannya ke awan, dan salju turun darinya ke padang pasir.

Pandangan ilmiah dan filosofisOrang Yunani tidak hanya menulis tentang salju dalam mitologi Yunani. Ilmuwan dan filsuf Yunani kuno juga kadang-kadang membahasnya.

Salah satu filsuf yang memiliki pandangan menarik tentang salju adalah Anaxagoras. Dia hidup pada abad kelima SM.

Anaxagoras menyatakan bahwa meskipun salju tampak putih bagi kita, sebenarnya salju itu gelap. Alasannya adalah bahwa salju hanyalah air yang membeku, dan menurut Anaxagoras, air berwarna gelap.

Kata yang ia gunakan untuk menggambarkan warna sebenarnya dari salju, yaitu ‘melaina’, biasanya diterjemahkan sebagai ‘hitam’ dalam kutipan pernyataannya.

Namun, pada kenyataannya, kata ini secara umum berarti 'gelap'. Kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan warna anggur atau/dan warna gelap laut.

Mungkin Anaxagoras sedang memikirkan warna laut yang gelap. Meskipun pernyataan bahwa salju sebenarnya gelap tampak aneh bagi kita, Anaxagoras percaya bahwa indra kita, seperti penglihatan, tidak benar-benar memahami kenyataan sebagaimana adanya.

Sebaliknya, kita dapat membedakan apa yang sebenarnya nyata melalui akal budi walaupun hal itu bertentangan dengan pengamatan langsung.

Terlepas dari persepsinya yang tidak biasa mengenai warna salju, pernyataan ini memberi tahu kita sesuatu yang penting. Setidaknya pada awal abad kelima SM, orang Yunani memahami bahwa salju berasal dari air.

Perspektif menarik lainnya datang dari Seneca the Younger, seorang filsuf abad pertama Masehi. Meskipun ia seorang Romawi, pandangannya menarik karena ia adalah seorang filsuf Stoa.

Ini adalah suatu bentuk filsafat yang didirikan oleh Zeno dari Citium di Athena pada abad ketiga SM.

Ia menyatakan bahwa salju mengandung lebih banyak udara daripada air. Ilmu pengetahuan modern telah menunjukkan bahwa hal ini sepenuhnya benar. Faktanya, salju terdiri dari sekitar sembilan puluh persen udara.