Peran Buku Sibylline di Sejarah Romawi Kuno
Buku-buku ini disimpan di Kuil Jupiter di Bukit Capitoline dan dikonsultasikan oleh Senat Romawi pada saat krisis.
Buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa Yunani, yang dianggap sebagai bahasa nubuat, dan dirahasiakan dari semua orang kecuali beberapa pejabat tertentu.
Menurut catatan sejarah Romawi kuno, Buku Sibylline memainkan peran penting dalam sejarah Romawi selama masa krisis, seperti perang, kelaparan, dan wabah penyakit.
Pemerintah Romawi membaca buku-buku tersebut untuk mendapatkan panduan tentang cara menenangkan para dewa dan menghindari bencana.
Penggunaan Buku Sibylline yang Terkenal
Selama Pertempuran Cannae pada tahun 216 SM, tentara Romawi mengalami kekalahan telak di tangan jenderal Kartago Hannibal. Setelah kekalahan tersebut, otoritas Romawi membaca Buku Sibylline untuk mendapatkan panduan tentang cara menenangkan para dewa dan menghindari bencana lebih lanjut.
Menurut catatan sejarah Romawi kuno, sang peramal memerintahkan orang-orang Romawi untuk melakukan berbagai ritual, termasuk pengorbanan dua orang Galia dan dua orang Yunani, untuk menenangkan para dewa dan mencegah bencana lebih lanjut. Namun, terlepas dari upaya tersebut, Romawi terus menderita kekalahan di tangan Hannibal hingga akhir Perang Punisia Kedua.
Dikutip History Skills, Buku Sibylline juga berperan dalam naiknya kekuasaan Augustus di sejarah Romawi kuno. Pada tahun 31 SM, setelah Pertempuran Actium, yang mengakhiri perang saudara Romawi antara Oktavianus (kemudian dikenal sebagai Augustus) dan Mark Antony, Senat Romawi berkonsultasi dengan Buku Sibylline.
Ramalan yang meramalkan kedatangan raja asing yang akan membawa kemakmuran besar bagi Roma. Hal ini kemudian diartikan merujuk pada Augustus, kaisar Romawi pertama. Senat mengikuti nasihat oracle (peramal), yang membantu menetapkan Augustus sebagai penguasa Roma yang tak terbantahkan.
Hilangnya Buku-buku secara Misterius
Isi Buku Sibylline diyakini sangat penting, dan kehilangannya dianggap sebagai bencana besar.