Legenda Monster Nian dalam Perayaan Imlek dan Mitologi Tiongkok

By Laurensia Felise, Senin, 5 Februari 2024 | 17:00 WIB
Nian merupakan monster berkepala singa dan bertubuh anjing dengan taring dan tanduk tajam dalam mitologi Tiongkok. Monster ini memiliki pengaruh dalam tradisi perayaan Imlek hingga saat ini. (Nam Le)

Melihat perbedaan ini, Nian kemudian gemetar dan mulai menjerit sembari melotot kepada semua barang yang dia saksikan. Setelahnya, dia pergi ke pintu utama dengan marah sebelum teralihkan dengan sebuah suara di halaman rumah.

Sempat mendekat ke sumber suara dan mulai merasa ketakutan, pintu utama terbuka dengan segera. Sang pria tua yang menetap di rumah tersebut tampak dengan pakaian warna merah dan tertawa.

Melihat ini, Nian akhirnya kabur dan tidak menyerang desa tersebut karena ketakutan. Akhirnya, sang monster kembali ke laut tanpa mengacaukan seluruh perdesaan.

Keesokan harinya, seluruh penduduk kembali ke desa dan mendapatkan desa mereka dalam keadaan baik-baik saja. Di saat yang sama, pria yang menginap di rumah sang nenek juga telah pergi.

Sang nenek kemudian menyadari bahwa desa yang dia tempati masih aman berkat janji dari sang pria tua. Dia kemudian menceritakan apa yang dialaminya saat bertemu pria tersebut kepada para penduduk.

Semua penduduk ingin mengetahui kebenarannya, sehingga mereka memeriksa rumah sang nenek. Di sana, kertas-kertas merah yang terpasang di pintu dan jendela, lilin-lilin masih menempel di dalam rumah, dan tampak beberapa batang bambu di halaman.

Saat inilah, para penduduk sadar Nian memiliki kelemahan pada tiga hal: suara bambu bakar yang kencang, warna merah, dan lampu yang terang. Sebagai bentuk dari kesuksesan mereka, semua orang menyambutnya dengan mengenakan pakaian baru dan berkunjung untuk saling berbagi kebahagiaan.

Setelahnya, muncul tradisi bagi warga untuk memasang gulungan merah di pintu mereka dan mendekorasi rumah mereka dengan ornamen-ornamen warna merah.

Legenda Nian dan Tradisi Imlek Masa Kini

Kisah monster Nian dalam mitologi Tiongkok menjadi acuan dalam tradisi perayaan Imlek bagi masyarakat masa kini. Semula dikenal sebagai Guo Nian (terj. telah menaklukkan Nian), perayaan Imlek kini identik sebagai Festival Musim Semi.

Tradisinya pun banyak yang dipertahankan, mulai dari berpakaian serba merah hingga membakar kembang api. Pada masa kini, tujuan tradisi ini berfokus sebagai cara untuk mengusir arwah jahat.

Tak hanya itu, cerita Nian juga memunculkan kebiasaan dalam menempel kertas merah di pintu dan jendela, memasang lentera, menabuh drum untuk memunculkan suara keras, dan membersihkan rumah sebelum waktu tahun baru.

Tak hanya dari sisi tradisi, Nian juga dianggap sebagai simbol yang menggambarkan ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui dan kekuatan mitos. Namun, dia juga memiliki makna tentang kemampuan manusia dalam mengatasi ketakutan dan menghadapinya.