Sejarah Abad Pertengahan: Era Emas dan Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 7 Februari 2024 | 09:00 WIB
Pemimpin sohor Kekhalifahan Abbasiyah, Harun al-Rasyid, dalam sebuah lukisan karya Julius Köckert. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Ia membangun Perpustakaan Agung Baghdad, Bayt al Hikma, sebagai pusat seni dan pembelajaran. Ia mengirim utusan ke seluruh dunia untuk mengumpulkan karya-karya Yunani.

Dengan melakukan hal tersebut, ia melestarikan karya-karya yang akan menginspirasi Renaisans berabad-abad kemudian. 

Pada tahun 806 M, Bizantium sekali lagi mencoba untuk menyerang Abbasiyah. Di bawah komando al-Rasyid yang terjun langsung di medan perang, Bizantium menerima kekalahan.

Perang Saudara Melanda Kekhalifahan Abbasiyah

Perang Saudara dalam Kekhalifahan Abbasiyah dimulai setelah kematian al-Rasyid pada 809 M. Putra kesayangannya, al-Amin, diangkat sebagai khalifah dengan kesepakatan bahwa saudaranya, al-Ma'mun, akan diberi wilayah tertentu di bawah kendali Khalifah. 

Meskipun rencana tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri konflik suksesi, perjanjian tersebut gagal. Hal ini memicu perang saudara besar-besaran dan berlangsung hingga 819 M.

Manuskrip Nigaristan yang menggambarkan kemenangan Al-Ma'mun dalam perang saudara. (Public Domain/Wikimedia Commons)
 

Meskipun beberapa wilayah mulai stabil pada 830-an, perang berkepanjangan ini berakhir dengan kekalahan al-Amin dan pemerintahan al-Ma'mun hingga 833 M.

Zaman Keemasan Islam secara resmi berakhir dengan kematian al-Ma'mun pada tahun 833 Masehi. Penggantinya, al-Mu'tasim dan al-Wathik, seorang penguasa yang lemah dan hedonis.

Pada tahun 847 Masehi, al-Mutawakkil naik tahta. Ia terkenal kejam terhadap minoritas non-muslim. Ia dibunuh pada tahun 861 M.

Orang-orang Turki, yang pada saat itu telah sepenuhnya menyusup ke dalam istana, kemudian menempatkan putranya yang masih muda, al-Muntasir, di atas takhta sebagai penguasa boneka. 

Serangkaian pemimpin Abbasiyah yang lemah dan tidak efektif, yang semuanya dikendalikan oleh Turki, mengilhami musuh-musuh lama untuk bangkit dan mengumumkan kekhalifahan mereka sendiri.

Ancaman terbesar adalah Buyids di Iran, sebuah dinasti Sunni, yang dipimpin oleh Ali bin Buya. Mereka dengan cepat berkembang dan pada tahun 945 M berhasil merebut Baghdad.

“Selama periode kemunduran ini, Kekhalifahan Abbasiyah terus mengalami disintegrasi karena daerah-daerah perlahan-lahan terlepas dari genggamannya, baik direbut oleh kekuatan-kekuatan saingannya maupun yang menuntut kemerdekaan,” jelas Robbie.

Bangsa Mongol dan Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah

Penggambaran dari abad ke-14 tentang pengepungan Baghdad oleh bangsa Mongol pada tahun 1258, yang membuat Kekhalifahan Abbasiyah berakhir. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Sebuah ancaman baru muncul dari Asia Tengah–bangsa Mongol. Dipimpin oleh Jenghis Khan pada tahun 1206 M, bangsa Mongol telah memulai kebangkitannya dan menyebar dengan cepat

Tepat sebelum pertempuran besar melawan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, al-Must'asim memutuskan untuk membubarkan sebagian besar pasukannya. 

Alasannya masih menjadi misteri, namun diperkirakan ia meremehkan musuhnya. Ia juga berpikir bahwa  akan mendapat bantuan dari kekuatan Islam lainnya (yang semuanya memiliki masalah sendiri).

Pada tahun 1258, bangsa Mongol berhasil mengepung Baghdad dan meratakannya dengan tanah. Khalifah dibunuh dengan cara digulung di dalam karpet dan diinjak-injak oleh kuda.

“Pada tahun 1260 M, Kesultanan Mamluk mengakhiri serangan Mongol. Mereka kemudian menjadikan Abbasiyyah yang masih hidup sebagai khalifah bayangan di Kairo,” jelas Robbie.

Namun, mereka tidak memiliki kekuasaan yang sebenarnya, dan digulingkan oleh Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517 Masehi. Kekuasaan Abbasiyah, setelah berabad-abad mengalami kemunduran, secara resmi berakhir.