Bagaimana Peran Anjing dalam Sejarah dan Kebudayaan Tiongkok Kuno?

By Laurensia Felise, Rabu, 7 Februari 2024 | 16:00 WIB
Patung singa-anjing merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat terhadap anjing. Sejak zaman Tiongkok kuno, anjing telah dianggap sebagai pelindung dari arwah dan sihir jahat. (Metropolitan Museum of Art)

Selain kisah tentang Panhu, ada cerita rakyat Kepala Pemakaman Li yang dikenal sebagai sosok yang sering menyiksa hewan. Kisah ini berlanjut dengan dua orang berjubah ungu mendatangi Li dan mengatakan bahwa dia dikutuk para dewa saat kematian.

Li menganggap kabar tersebut sebagai lelucon, hingga muncul daftar tuntutan penyiksaan hewan dari 460 anjing dan kucing dari alam baka. Kejahatan ini kemudian membuatnya dinyatakan bersalah dan akan dihukum setelah meninggal.

Cerita lainnya yang berkaitan dengan anjing tak hanya berkaitan dengan hal-hal baik dari seekor anjing, tapi juga hal yang kurang baik seperti dalam kisah Tianghou. Kisah ini menggambarkan Tianghou sebagai anjing pemakan matahari atau bulan saat waktu purnama.

Tianghou sendiri juga dianggap sebagai penyebab dari pernikahan-pernikahan tanpa anak. Keberadaannya membuat hadir sosok Chang Hsien, pelindung perempuan hamil yang sering didoakan oleh wanita yang ingin memiliki anak.

Kepercayaan Spiritual terhadap Anjing

Secara spiritual, masyarakat Tiongkok juga percaya bahwa anjing bisa menjadi penjaga dari hantu gentayangan. Hantu dianggap sebagai entitas yang menakutkan dan mengancam, terutama karena penguburan yang tidak layak.

Jika sebelumnya kepercayaan ini berjalan dengan pengorbanan anjing, maka anjing tiruan kemudian ditempatkan di pagar rumah maupun perkotaan setelah tradisi penyembelihan ditinggalkan.

Hal ini sejalan dengan peletakan patung singa-anjing dari batu, di mana konsepnya berasal dari tradisi agama Buddha. Dalam praktiknya, muncul mitos bahwa Buddha bepergian di angkasa di atas punggung seekor singa.

Kendati tak pernah melihat singa, masyarakat telah menjumpai seekor anjing yang dikenal sebagai anjing Peking. Karena inilah, ras anjing tersebut dikembangbiakkan dan dirawat menyerupai deskripsi singa dan patung batu singa-anjing tersebut.

Di sisi lain, patung batu singa yang menyerupai anjing ini digambarkan selalu meraung. Dia juga menggunakan kalung bel sebagai tanda peringatan akan adanya arwah, ditambah dengan detail ukiran simbol untuk perlindungan.

Patung anjing dari batu ini selalu diletakkan berpasangan. Patung anjing jantan sebagai representasi kekuatan dan dominasi atas urusan manusia di dunia, sedangkan patung anjing betina menggambarkan kendali atas kekuatan alam.

Gambaran ini kemudian menjadi semakin dalam peletakan patung secara berpasangan. Patung anjing betina menggambarkan kekuatan yin dan patung anjing jantan melambangkan elemen yang.