Intrik dan siasat pengkhianatan telah oleh Pizarro direncanakan di balik pertemuan ramah tamah itu. Pizarro berupaya keras mencari alasan untuk memulai perselisihan yang dapat memicu konflik di antara mereka dan berujung menjadi kekerasan.
Orang-orang Spanyol dengan persenjataan lengkap bersembunyi di gedung-gedung di sekitar alun-alun Cajamarca, dengan kavaleri bersembunyi di gang-gang terdekat.
Ketika Atahualpa tiba, Pizarro mengirim seorang biarawan yang membawa salib untuk menemuinya. Biarawan itu menyebut bahwa ia utusan Pizarro yang hendak menyerahkan sebuah Alkitab kepada Atahualpa.
Sontak Alkitab itu dibuang oleh Atahualpa. Mereka asing dengan buku dan menganggap itu sebagai tindak teror. Dan memang, sikap itulah dapat menjadi alasan yang dibutuhkan orang-orang Spanyol.
Membuang Alkitab adalah bentuk penghinaan bagi bangsa Spanyol. Mereka lantar menyerang suku Inca atas sinyal dari Pizarro, dan mulai membantai mereka. Pengawal kaisar yang tengah menandu dan tak dipersenjatai menjadi terkejut.
Mereka tidak dapat melawan apalagi mempertahankan diri mereka dari sergahan pedang baja, tombak, peluru, atau baut panah milik orang Spanyol, sementara kapak batu upacara penduduk setempat hanya benda ritus yang terbukti tidak berguna menangkis semua itu.
Setelahnya Pizarro mulai merangsek menyerbu penduduk sipil. Ribuan penduduk sipil Inca terbunuh. Beberapa yang selamat melarikan diri dengan panik, dan tidak ada satupun warga Spanyol yang kehilangan nyawanya.
Sang kaisar merasa dikhianati setelah pasukannya diserbu dan dirinya ditangkap. Atahualpa berusaha membeli nyawanya dengan tawaran untuk memberi sebuah tempat di istananya yang penuh dengan emas dan perak.
Setelah dibayar, Pizarro mulai mengambil seluruh isi dari ruang yang penuh dengan emas dan perak itu. Namun, ia adalah manusia yang keji. Setelahnya, ia kembali mengkhianati Atahualpa dengan menangkapnya kedua kalinya.
Dia mengadili Atahualpa secara bertahap. Orang Spanyol dari mandat Pizarro beralasan menghukum kaisar karena ia memberontak, penyembahan berhala—yang ditentang Alkitab, dan pembunuhan saudaranya, Huascar.
Atahualpa dihukum mati dengan api, meskipun pada akhirnya ia terhindar dari hukuman keji itu karena ia setuju untuk dibaptis. Namun, Pizarro tetaplah manusia keji. Bukannya dibaptis, Atahualpa mati dicekik.
Pengkhianatan itu membuahkan hasil bagi Pizarro. Dari kematian Atahualpa, ia mengumpulkan banyak kekayaan dan kekuasaan. Ia menjadi orang Spanyol yang berkuasa atas Inca, sampai karma menimpanya pada tahun 1541.
Saat itu, terjadi perselisihan yang sengit antara orang-orang Spanyol di Peru. Pada tanggal 26 Juni 1541, sekelompok pendukung oposisinya yang bersenjata lengkap menyerbu istana Pizarro.
Dalam penyerbuan itu, kubu oposisi dari Pizarro berhasil menikamnya di tenggorokan. Pizarro pun terhunus, ambruk ke tanah. Sejarah dunia mengukir karma seorang pengkhianat demi kekuasaan.
Pada saat terakhir hidupnya, Pizarro membuat gambar salib dengan darahnya sendiri sambil merongrong dengan teriakan minta tolong kepada Yesus, namun tidak berhasil. Pizarro menjemput ajal, mati kehabisan darah.