Nationalgeographic.co.id – Mata Horus merupakan simbol mitologi Mesir kuno yang digunakan untuk perlindungan dan kesehatan. Salah satu hieroglif ini sering ditemukan dalam seni, arsitektur, dan perhiasan Mesir Kuno.
Mata Horus telah bertahan selama lima ribu tahun. Horus adalah dewa langit di mitologi Mesir kuno. Dia digambarkan sebagai elang atau pria berkepala elang dan salah satu dewa terpenting di mitologi Mesir kuno.
Bentuk awal nama tersebut antara lain Har, Heru, dan Hor. Selain memerintah langit, ia dikaitkan dengan penyembuhan, perlindungan, kedudukan sebagai raja, dan matahari.
Pemujaan terhadap Horus dimulai di Mesir prasejarah sekitar sebelum 3000 SM. Ia paling sering dikatakan sebagai putra Osiris dan Isis, ibu dewi ilahi. Osiris adalah dewa kesuburan dan kebangkitan di mitologi Mesir kuno.
Kisah Dewa Horus
Dalam mitos Osiris, dia adalah dewa sekaligus raja Mesir, keturunan Ra, pencipta dunia. Osiris dibunuh oleh saudaranya Set, dewa kekacauan dan kekerasan.
Dalam versi awal, Osiris dikunci di dalam peti (sarkofagus pertama) oleh Set dan ditenggelamkan di Sungai Nil.
Dalam versi mitos selanjutnya, Set memotong tubuh saudaranya menjadi beberapa bagian dan menyebarkannya ke seluruh negeri.
Untuk sementara waktu, Set memerintah sebagai raja baru. Namun saudara perempuannya sibuk berusaha memulihkan Osiris. Isis dan saudara perempuannya berwujud elang untuk menemukan mayat Osiris.
Dengan bantuan dewa lain, mereka membuat mumi jenazahnya. Mereka mengembalikannya ke kehidupan yang cukup lama hingga Isis dapat mengandung Horus, putra dan ahli warisnya.
Isis menghabiskan waktu bertahun-tahun di pengasingan, menyembunyikan bayi laki-lakinya dari Set. Sepanjang masa kecilnya, Horus dikepung oleh ular dan kalajengking yang dikirim oleh pamannya, digigit dan disengat, tetapi disembuhkan oleh ibunya.
Setelah dewasa, Horus berkompetisi melawan pamannya selama beberapa dekade dalam uji coba ritual yang disaksikan oleh para dewa lainnya.