“Dalam upaya yang diperhitungkan untuk menembus pertahanan benteng, Jerman melepaskan awan gas klorin yang mematikan ke Benteng Osowiec,” tulis Shreya Sethi, pada laman Science ABC.
Efeknya langsung terasa dan sangat menghancurkan, menyebabkan kematian dan kehancuran yang meluas di dalam tembok benteng.
Serangan gas tersebut mengubah para pembela yang semula menantang menjadi korban yang putus asa dari musuh yang tak terlihat dan tak kenal ampun.
Para pembela Rusia tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk melawan efek mematikannya, dan gas merembes ke setiap sudut benteng dengan kejam.
Di tengah kekacauan dan kengerian akibat gas klorin, sebuah pertunjukan tekad manusia yang luar biasa muncul. Meskipun masker gas yang mereka gunakan terbukti tidak efektif, tentara Rusia tetap merespons dengan melakukan perlawanan yang gigih.
Para prajurit ini, dengan pakaian berlumuran darah, terengah-engah dan batuk darah (gejala gas beracun), mempertahankan benteng dan tanah air mereka hingga akhir yang pahit.
Shreya menjelaskan beberapa faktor yang memungkinkan tentara Rusia untuk bangkit dari ambang kematian dan melakukan serangan balik.
“Pertama dan terutama, ketahanan psikologis mereka memainkan peran penting. Didorong oleh patriotisme yang mendalam, komitmen yang tak tergoyahkan pada misi mereka, dan pemahaman akan kesia-siaan untuk menyerah, para prajurit ini menolak untuk menyerah pada keputusasaan,” jelas Shreya.
Pengetahuan mereka tentang pentingnya benteng dan tugas mereka untuk melindungi tanah air “mendorong mereka untuk menentang rintangan fatal yang ditumpuk terhadap mereka.”
Kemampuan para prajurit untuk beradaptasi dan berimprovisasi dalam situasi sulit juga menunjukkan kecerdikan mereka. Meskipun tidak memiliki masker gas yang memadai, para prajurit menggunakan pakaian yang dibasahi air dan bahkan air seni untuk mengurangi efek gas.
Shreya menambahkan, terlatihnya para prajurit dalam pertempuran parit–ciri khas Perang Dunia I–berkontribusi pada ketahanan mereka.
“Benteng-benteng tersebut memberikan perlindungan terhadap serangan gas, yang memungkinkan mereka bertahan dari serangan awal,” jelas Shreya.