Sejarah Dunia: Kisah Prajurit "Zombi" Rusia dalam Pertempuran Osowiec

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 15 Februari 2024 | 07:00 WIB
Barisan pasukan di Benteng Osowiec. (Public Domain/wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.idPerang Dunia I merupakan masa yang mengerikan dalam sejarah umat manusia. Konflik ini memperkenalkan banyak metode peperangan baru dan dahsyat yang mengubah wajah peperangan modern.

Di tengah kekacauan yang penuh darah, berbagai kisah muncul dari medan pertempuran. Di antara kisah-kisah ini, peristiwa "Attack of the Dead Men" agaknya cukup untuk menggugah imajinasi kita tentang betapa kejamnya Perang Dunia I.

"Attack of the Dead Men" atau “Serangan Orang Mati”, terjadi pada tanggal 6 Agustus 1915 selama Pertempuran Osowiec di Front Timur. Pasukan Rusia berjuang mempertahankan Benteng Osowiec di tengah serangan gas mematikan dari pasukan Jerman.

Meskipun berada di ambang kematian, kegigihan tentara Rusia berhasil membuat tentara Jerman lintang pukang.

Tindakan heroik tentara Rusia di Benteng Osowiec terus bergema sepanjang sejarah dunia, menjadi simbol ketangguhan dan keberanian di tengah kebrutalan perang. 

Namun, peristiwa ini juga mengungkapkan kekejaman dan kehancuran yang meluas, menyoroti tragisnya Perang Dunia I serta konsekuensi manusiawi yang mengerikan dari konflik berskala besar tersebut.

Pertempuran Benteng Osowiec

Benteng Osowiec di Polandia, (Henryk Borawski/Wikimedia Commons)

Pertempuran Benteng Osowiec menjadi latar belakang peristiwa luar biasa di mana tentara Rusia, yang dihukum mati dengan gas beracun, memilih untuk melawan.

Terletak di dekat kota Bialystok, Polandia, benteng ini menjadi penghalang yang penting bagi ambisi militer Jerman di wilayah tersebut, karena posisinya yang strategis mengendalikan akses ke wilayah yang kaya sumber daya dan berpotensi mengancam jalur komunikasi dan pasokan Jerman.

Berbagai serangan yang dilancarkan oleh Jerman, selalu digagalkan oleh strategi pertahanan benteng yang kokoh. Namun, Jerman tidak menyerah.

Menghadapi kesulitan untuk menembus benteng yang tidak dapat ditembus, Jerman akhirnya menggunakan taktik yang menyeramkan–perang kimia–setelah upaya pengeboman artileri tradisional mereka tidak memberikan hasil yang diinginkan.

“Dalam upaya yang diperhitungkan untuk menembus pertahanan benteng, Jerman melepaskan awan gas klorin yang mematikan ke Benteng Osowiec,” tulis Shreya Sethi, pada laman Science ABC.

Efeknya langsung terasa dan sangat menghancurkan, menyebabkan kematian dan kehancuran yang meluas di dalam tembok benteng.

Serangan gas tersebut mengubah para pembela yang semula menantang menjadi korban yang putus asa dari musuh yang tak terlihat dan tak kenal ampun. 

Para pembela Rusia tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk melawan efek mematikannya, dan gas merembes ke setiap sudut benteng dengan kejam.

Di tengah kekacauan dan kengerian akibat gas klorin, sebuah pertunjukan tekad manusia yang luar biasa muncul. Meskipun masker gas yang mereka gunakan terbukti tidak efektif, tentara Rusia tetap merespons dengan melakukan perlawanan yang gigih.

Para prajurit ini, dengan pakaian berlumuran darah, terengah-engah dan batuk darah (gejala gas beracun), mempertahankan benteng dan tanah air mereka hingga akhir yang pahit.

Shreya menjelaskan beberapa faktor yang memungkinkan tentara Rusia untuk bangkit dari ambang kematian dan melakukan serangan balik.

“Pertama dan terutama, ketahanan psikologis mereka memainkan peran penting. Didorong oleh patriotisme yang mendalam, komitmen yang tak tergoyahkan pada misi mereka, dan pemahaman akan kesia-siaan untuk menyerah, para prajurit ini menolak untuk menyerah pada keputusasaan,” jelas Shreya.

Pengetahuan mereka tentang pentingnya benteng dan tugas mereka untuk melindungi tanah air “mendorong mereka untuk menentang rintangan fatal yang ditumpuk terhadap mereka.”

Kemampuan para prajurit untuk beradaptasi dan berimprovisasi dalam situasi sulit juga menunjukkan kecerdikan mereka. Meskipun tidak memiliki masker gas yang memadai, para prajurit menggunakan pakaian yang dibasahi air dan bahkan air seni untuk mengurangi efek gas.

Shreya menambahkan, terlatihnya para prajurit dalam pertempuran parit–ciri khas Perang Dunia I–berkontribusi pada ketahanan mereka.

“Benteng-benteng tersebut memberikan perlindungan terhadap serangan gas, yang memungkinkan mereka bertahan dari serangan awal,” jelas Shreya.

Perang parit merupakan strategi yang umum digunakan dalam Perang Dunia II. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Serangan Orang-Orang Mati

Dengan kondisi fisik mereka yang terganggu, tak memadamkan semangat prajurit Rusia untuk menyerang balik pasukan Jerman. Shreya menjelaskan, dengan balutan kain berlumur darah dan penampilan yang menyeramkan, menyebabkan sejarah menjuluki mereka sebagai "zombi”.

Pasukan Jerman yang terkejut–dengan serangan tak terduga dan penampilan pasukan Rusia–membuat mereka menjadi panik. Kepanikan tersebut merembet ke seluruh barisan mereka dan mengakibatkan kekacauan.

Efektivitas serangan balik itu benar-benar menghentikan gerak maju Jerman, sehingga memungkinkan para pembela Rusia untuk mendapatkan kembali kendali atas benteng.

Jerman tak mudah menyerah begitu saja. Dalam serangan berikutnya, Jerman berhasil merebut Benteng Osowiec.

Namun, buntut dari serangan balik pasukan Rusia memiliki dampak yang sangat besar terhadap jalannya perang. Jerman harus melalui perjuangan yang berat dan dengan biaya yang cukup besar untuk berhasil merebut Benteng Osowiec.

Pada September 1915, pasukan Jerman berhasil merebut Benteng Osowiec, tetapi yang tersisa hanyalah versi yang sangat berkurang dari aslinya, karena Rusia telah menghancurkan benteng tersebut secara signifikan.