Sejarah Dunia: Taktik Hitler dan Nazi Menguasai Jerman dari Pemilu

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 16 Februari 2024 | 18:00 WIB
Adolf Hitler saat hendak berpidato. Bersama partai Nazi, Hitler merangkak menjadi orang nomor satu di Jerman dalam sejarah dunia. Kuasanya semakin kuat berkat pemilu 1933 dan insiden gedung parlemen. (German Federal Archive/Wikimedia Commons)

Gerakan Nazi ini disebut "Beer Hall Putsch" dalam sejarah dunia. Hitler berharap, revolusi nasionalisnya bisa menyebar ke tentara Jerman yang tidak puas, sehingga dirinya bisa menjatuhkan pemerintahan di Berlin. Nyatanya, pemberontakan ini ditangani dan Hitler ditangkap.

Di dalam penjara, dia mulai menulis otobiografi Mein Kampf (Perjuangan Saya). Di sana begitu tertanam narasi kebencian terhadap orang Yahudi dan para pemikir Marxisme.

Hitler baru keluar penjara sembilan bulan setelah Nazi memaksa pemerintah Bavaria meringankan hukuman dari sebelumnya lima tahun. Pada saat ini, Nazi sedang berantakan karena sistem perekonomian perlahan-lahan pulih. Hitler juga dilarang berpidato di seluruh Jerman.

Bermain politik lihai saat PemiluPeluang mendulang masa kembali muncul ketika resesi ekonomi dunia terjadi dalam Depresi Besar 1929. Nazi melakukan pengorganisasian ulang dengan gerakan massa yang fanatik, keresahan masyarakat, dan bantuan finansial pebisnis yang dijanjikan mengakhiri perlawanan buruh.

Sokongan ini membuat Nazi mendulang suara enam juta dalam pemilihan umum 1930. Partai ini menjadi terbesar kedua di Jerman dalam sejarah dunia. Keberanian inilah yang membuat Hitler berani menantang Paul von Hindenburg yang maju sebagai independen untuk menduduki kursi kepresidenan.

Akan tetapi, Hitler kalah, Hindenburg pun menjadi presiden akibat dukungan koalisi anti-Nazi.  Hindenburg setuju untuk menjadikan Hitler sebagai kanselir pada 1933.

Hitler melihat bahwa partainya tidak mendapat kursi mayoritas di Reichstag, gedung parlemen Jerman. Dia menyerukan pemilu baru demi memperkuat posisinya. Pada Februari 1933, saat masa kampanye, Reichstag justru terbakar yang menyebabkan suasana panik dan teror di berbagai daerah.

Reichstag, kantor parlemen Jerman, terbakar hebat pada Februari 1933 menjelang Pemilu. Kebakaran ini membuat partai Nazi meraih banyak suara dan Hitler bergerak menguasai pemerintahan Jerman. (Wikimedia Commons)

Nazi segera memanfaatkan suasana ini untuk mendorong anti-komunisme. Anggota parlemen dari Partai Nazi Hermann Wilhelm Göring menyebut bahwa pembakaran ini didorong oleh komunis yang berencana menggulingkan pemerintahan sah Jerman.

Pernyataan ini membuat masyarakat menentang komunisme dan banyak pemilih Nazi agar bisa mendapat kursi lebih banyak di Reichstag.

Dukungan Nazi semakin kuat ketika Presiden Hindenburg mengeluarkan Dekrit Darurat. Dekrit ini menjadi dasar hukum bagi Nazi untuk menganiaya dan menindas lawannya, kalangan komunis dan semua yang disebut sebagai pengkhianat republik.

Pemilu 1933Kanselir Hitler kemudian mengusulkan RUU Pengaktifan kepada Reichstag. RUU ini disetujui dalam pemilu Maret 1933 yang membutuhkan suara mayoritas di Reichstag sekitar dua per tiga.