Tenman Tenjin: Kisah Manusia yang Menjadi Dewa Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 17 Februari 2024 | 17:00 WIB
Lukisan ilsutrasi Sugawara no Michizan alias Tenman Tenjin dalam Kekaisaran Jepang. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Pada tahun 893 M, Michizane diangkat menjadi penasihat istana, dan posisinya semakin diperkuat ketika putrinya menjadi salah satu permaisuri kaisar pada tahun 895 M.

Kaisar Uda memutuskan untuk turun takhta pada tahun 897 M dan digantikan dengan anaknya, Daigo. Kini, Michizane, bersama dengan pemimpin klan Fujiwara, Tokihira, kini menjadi politisi paling kuat di  Kekaisaran Jepang.

Pada tahun 899 M, Michizane secara resmi dipromosikan menjadi pangkat junior kedua dan diangkat menjadi Menteri Kanan (Udaijin), posisi yang dua kali ditolaknya. 

“Ini adalah kenaikan yang luar biasa untuk seseorang yang memiliki kedudukan sosial rendah seperti Michizane,” ungkap Mark.

Pengkhianatan dan Kejatuhan

Posisi Michizane sekarang begitu tinggi sehingga satu-satunya jalan adalah turun. Musuh-musuh, terutama dari klan Fujiwara yang mendominasi sebagian besar jabatan tinggi di dalam aparatur negara, berada di sekelilingnya.

Klan Fujiwara menginginkan orang-orang di luar mereka dan para pejabat yang dipromosikan dari klan Sugawara keluar dari pemerintahan. Sebuah rencana pun disusun.

Mereka menyuap seseorang untuk menyatakan bahwa dia telah menemukan rencana Michizane untuk menempatkan Tokiyo–anaknya–di atas takhta.

Kaisar Daigo menelan umpan tersebut dan mengasingkan Michizane ke Dazaifu, Kyushu pada tahun 901 M.

Di dalam pengasingannya yang jauh dari keluarga dan teman-temannya, Michizane menulis beberapa puisi paling terkenalnya yang kemudian dikumpulkan ke dalam Kanke Koshu.

Michizane meninggal pada tahun 903 Masehi, namun kisahnya belum selesai; sayap-sayap balas dendam yang cepat akan segera berkibar di sekitar istana kekaisaran.

Pembalasan dendam dan pendewaan