Tenman Tenjin: Kisah Manusia yang Menjadi Dewa Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 17 Februari 2024 | 17:00 WIB
Lukisan ilsutrasi Sugawara no Michizan alias Tenman Tenjin dalam Kekaisaran Jepang. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Gejolak pertama dari masalah muncul ketika beberapa komplotan meninggal pada tahun-tahun setelah kematian Michizane. 

Okihira, saingan berat Michizane, meninggal pada tahun 909 Masehi dalam keadaan misterius pada usia 38 tahun. Pada tahun 923 Masehi keponakan Okihira, Putra Mahkota Yasuakira, juga meninggal pada usia 21 tahun. Lalu cucu laki-laki Tokihira, Putra Mahkota Yoshiyori, meninggal pada usia 5 tahun pada tahun 925 Masehi.

“Dalam agama Shinto, diyakini bahwa orang yang dihina tidak akan beristirahat dengan tenang di dalam kuburnya, dan desas-desus menyebar bahwa roh Michizane yang gelisah adalah penyebab kematian yang tidak menguntungkan di istana,” jelas Mark.

Segera, demi menenangkan roh Michizane, dokumen-dokumen dakwaan dan pengasingannya dibakar secara resmi. Bahkan pangkatnya dikembalikan.

Namun, peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian lebih mengerikan, membuktikan bahwa langkah-langkah ini tidak cukup.

Pada tahun 930 M, orang yang telah disuap untuk menuduh Michizane dan beberapa pejabat lainnya terbunuh karena tersambar petir dalam badai yang spektakuler. Di tahun yang sama, Kasiar Dago juga meninggal pada usia 46 tahun.

Rentetan kematian para pentolan kekaisaran ini disusul bencana kebakaran dahsyat dan wabah penyakit yang melanda ibu kota. Hal ini membuat orang-orang semakin yakin bahwa para dewa marah atas ketidakadilan yang diterima Michizane.

Beberapa orang menceritakan tentang penglihatan yang mereka alami di mana Michizane menginstruksikan mereka untuk mendesak pemulihan reputasinya dan agar dia diberi penghargaan yang sesuai. 

Seorang wanita miskin bernama Tajihi no Ayako, mengklaim bahwa Michizane menampakkan diri kepadanya dengan menyebut dirinya Tenjin dan meminta sebuah kuil dibangun untuknya di Kitano.

Pada tahun 947 M, jasad dan karya sastra Michizane diabadikan di kuil Kitano Temmangu di Kyoto yang dibangun untuk menghormatinya. Kemudian, pada tahun 987, Michizane diberi gelar kehormatan Tenjin yang membuatnya menjadi dewa.

Kitano Tenmangu adalah Kuil Shinto di Kyoto yang dibangun untuk menghormati Kami (dewa atau roh leluhur) Sugawara no Michizane. (ZEKKEI Japan)

Dia masih disembah hingga sekarang dan secara khusus dikaitkan dengan sastra dan kesarjanaan, salah satu gelarnya adalah 'Leluhur Jalan Huruf'.

“Tenjin secara teratur disembah oleh para siswa, yang memanjatkan doa dan meninggalkan persembahan di kuilnya sebagai imbalan atas bantuan dalam ujian yang akan datang,” jelas Mark.