Bagaimana Pertempuran Salamis Menjadi Mimpi Buruk Kekaisaran Persia?

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 17 Februari 2024 | 18:00 WIB
Pertempuran Salamis. Lukisan oleh Wilhelm di Kaulbach, 1868. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Armada utama Persia akan menyerang melalui selat sempit antara Salamis dan daratan. Inilah yang diinginkan oleh Themistocles. Dia menyadari bahwa di tempat yang sempit seperti itu, Persia tidak akan bisa memanfaatkan keunggulan jumlah mereka.

Pasukan Yunani terus memancing armada Persia ke dalam selat yang jauh lebih sempit. Tidak butuh waktu lama bagi pasukan Persia untuk menyadari bahwa segala sesuatunya berjalan dengan buruk.

Mereka mulai bertabrakan satu sama lain dan semua formasi dan keteraturan hilang. Para pendayung Persia menjadi lelah, dan keadaan diperparah oleh gelombang besar yang menyebabkan kapal mereka terombang-ambing. Inilah yang ditunggu-tunggu Themistocles.

Dalam kekacauan tersebut, armada Yunani mampu menggunakan kecepatan dan manuverabilitas kapal-kapal trireme mereka dengan efektif. Mereka menyerang dengan taktik yang terkoordinasi dan menghancurkan kapal-kapal Persia yang lemah dan terisolasi.

“Duduk di atas singgasananya, Xerxes menyaksikan kejadian-kejadian yang terjadi dengan amarah yang semakin memuncak,” kata Julian. 

Strategi cerdik Themistocles membawa kemenangan bagi Yunani. Namanya segera menjadi sangat bersinar sebagai pemimpin militer yang brilian.

Namun, pada tahun 470 SM, Themistocles dikucilkan oleh warga Athena yang menganggapnya terlalu berkuasa. Dia juga mempromosikan kebijakan anti-Sparta, yang menyebabkan konflik.

“Dia berakhir di istana Persia dan menghabiskan tahun-tahun terakhirnya untuk memberi nasihat kepada raja baru, Artahsasta I, tentang bagaimana cara melawan Yunani,” jelas Julian.