Kilas Balik Hattori Hanzo, 'si Iblis' dari Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 19 Februari 2024 | 15:00 WIB
Potret Hattori Masanari alias Hattori Hanzo dari abad ke-17. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Hattori Hanzo, juga dikenal dengan nama depan Massanari atau Masashige, merupakan samurai Kekaisaran Jepang –beberapa orang juga menyebutnya sebagai ninja. Keganasannya dalam pertempuran membuatnya mendapat julukan Oni Hanzō (si Iblis).

Hanzo adalah putra Hattori Yasunaga yang lahir pada sekitar tahun 1541-1542. Debutnya sebagai petarung sejati dimulai sejak usia 16 tahun, ketika serangan malam di Kastil Udo. Dua tahun kemudian, dia menjadi samurai dari klan Matsudaira (kemudian menjadi klan Tokugawa) pada.

Semasa hidupnya, Hanzo menjadi salah satu pelayan terbaik dan paling setia dari Tokugawa Ieyasu, daimyo pemersatu Jepang pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17.

Di sisi lain, dalam pertempuran dan sepanjang hidupnya, Hanzo dikenal kejam dalam taktik pertempurannya. Dia mengintai seperti iblis yang menghantui korbannya.

Selama beberapa dekade berikutnya, dia terus berperang dalam pertempuran bersejarah. Pada tahun 1562, Hanzo berpartisipasi di bawah perintah Ieyasu dalam pengepungan kastil Kaminogō yang dijaga oleh Udono Nagamochi, jenderal Imagawa. 

Dalam pengepungan ini, Hanzo dan pasukan Tokugawa berhasil menangkap kastil tersebut dan menawan banyak anggota keluarga dari kerabat Imagawa, termasuk keluarga Ujizane.

Tawanan ini digunakan Hanzo sebagai alat negosiasi untuk memperoleh kembali istri dan putra Tokugawa Ieyasu yang ditawan oleh pasukan Imagawa. 

Selain itu, Hanzo juga bertempur dalam pertempuran Anegawa pada tahun 1570 dan kemudian pertempuran Mikata-Ga-Hara pada tahun 1572.

“Di luar pertempuran, Hanzo membuat namanya terkenal di antara para pemimpin pertempuran lokal. Meskipun dia terampil dalam cara-cara samurai, dia juga terampil secara politik dan memiliki pemikiran strategis yang setajam pedangnya,” tulis Katie Serena, di laman All thats Interesting.

Selama rezim Imagawa, “Hanzō membantu pemimpin klannya, Ieyasu, naik ke kekuasaan dengan melemahkan keluarga saingannya,” tambah Serena.

Selama tahun-tahun penuh gejolak yang menandai kenaikan Ieyasu ke tampuk kekuasaan, Hattori Hanzō bertugas tidak hanya di resimennya tetapi juga sebagai kepala pelayan.

Dia merekrut orang-orang dari klan lain yang tertindas, dan mereka yang diharapkan dapat membantu melindungi pemimpin samurai. Terlepas dari kecenderungan iblisnya, tampaknya Hanzō memiliki titik lemah pada tuannya.