Ebu Gogo dan Homo Floresiensis Mungkin Tidak Ada Hubungannya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 28 Februari 2024 | 17:00 WIB
Homo floresiensis, manusia purba yang hidup di Flores, Indonesia, sekitar 18.000 hingga 30.000 tahun silam. Mitologi Flores memiliki makhluk bernama Ebu Gogo yang dikaitkan dengan temuan arkeologis tersebut. Mungkinkah keduanya punya hubungan secara ilmiah? (B CHRISTOPHER/ALAMY)

Nationalgeographic.co.id—Manusia modern mencapai Australia sekitar 65.000 tahun silam. Mereka melewati kepulauan Indonesia yang saat itu sebagian kawasannya adalah daratan besar yang terhubung dengan benua Asia. Dengan demikian, leluhur kita mungkin telah bermukim lama di berbagai pulau di Indonesia.

Akan tetapi, jauh sebelum kedatangan manusia modern, kepulauan Asia Tenggara telah dihuni oleh berbagai spesies manusia purba.

Salah satunya adalah Homo floresiensis yang terkenal karena ukaran kecilnya. Mereka telah hadir di Flores antara lebih dari 100 ribu hingga 60.000 tahun yang lalu. Tentunya, manusia modern yang bermigrasi pernah berjumpa atau hidup berdampingan dengan mereka, setidaknya di beberapa generasi terakhir.

Bagaimanapun, Homo floresiensis hari ini telah punah. Penyebabnya kemungkinan karena ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar atau pembantaian yang dilakukan oleh leluhur kita.

Kerangkanya ditemukan di Liang Bua, gua terpencil di pedalaman Flores. Ukurannya yang mungil membuat para arkeolog menghubungkannya dengan Hobbit, ras manusia kecil dalam karya fiksi J.R.R. Tolkien. Penyematan Hobbit ini berhubung dengan penemuannya pada 2003, bertepatan dengan film Lord of the Rings yang sedang tayang di bioskop.

Akan tetapi, alih-alih menghubungkan Homo floresiensis dengan makhluk fiksi populer dari sastrawan Barat, sebenarnya masyarakat Flores menyimpan mitologi. Mitologi Flores menyebut terdapat makhluk kecil yang tinggal di hutan dan berbulu yang disebut sebagai Ebu Gogo.

Makhluk yang dijabarkan oleh masyarakat Flores ini mungkin menunjukkan tentang Homo floresiensis yang telah punah. Meski demikian, selama berpuluh-puluh tahun penelitian, terdapat berbagai pendapat megnenai Ebu Gogo dan hubungannya Homo floresiensis.

Secara fisik, dalam mitologi Flores, Ebu Gogo memiliki kemiripan dengan Homo floresiensis. Makhluk ini berbulu, mungil, dan memakan segalanya, termasuk manusia. Hal ini membuat masyarakat harus waspada akan serangan makhluk ini.

Salah satu yang menghubungkan Ebu Gogo dan Homo floresiensis adalah peneliti Australia Richard Roberts yang juga menemukan kerangka. Dalam tulisannya di Telegraph.co.uk pada 2004, mengatakan bahwa Ebu Gogo suka menyerbu hasil panen masyarakat dan memakan bayi manusia.

Masyarakat di Flores bercerita kepada Roberts bahwa masyarakat sempat mengejar Ebu Gogo yang tinggal di gua kaki gunung di atas tebing. Masyarakat melempar tumpukan rumput yang terbarka, membuat Ebu Gogo keluar dan kabur "menuju ke barat, ke arah Liang Bua, tempat kami menemukan Hobbit".

Roberts melanjutkan "detail dalam legenda juga sama menariknya. Merkea dicitrakan dengan tinggi sekitar satu meter, berambu panjang, perut buncit, teling sedikit menonjol, gaya jalan agak canggung, serta lengan dan jari yang panjang--keduanya dikonfirmasi oleh temuan kami[...]"

"Kami bertanya kepada penduduk desa apakah mereka pernah kawin dengan Ebu Gogo. Mereka membantah keras hal tersebut," ungkap Roberts.