Pembajakan di Yunani Kuno
Perompakan juga merupakan fenomena umum selama periode kuno di Yunani. Kata 'bajak laut' sendiri telah disarankan oleh para ahli untuk berasal dari bahasa Yunani kuno.
Dalam karya-karya Homer, kita dapat menemukan penyebutan bajak laut. Menariknya, baik “The Iliad” maupun “The Odyssey” tidak hanya membenarkan, tetapi juga memuji gaya hidup dan tindakan para perompak.
Menurut Peneliti dan Penulis Sejarah Kuno, Vedran Bileta, bagi orang Yunani, bajak laut adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Warga kota mana pun sangat bebas untuk menggunakan kapalnya sendiri, menyerang dan menangkap kapal musuh, serta menyimpan harta rampasan perang,” jelas Vedran.
Tak hanya rakyat jelata, Vedran menambahkan, para pejabat tinggi pun tidak lepas dari kegiatan semacam itu.
Pendekatan liberal bangsa Yunani terhadap pembajakan tidak berarti bahwa mereka selalu menoleransi pembajakan. Namun, upaya untuk mengurangi pembajakan terhambat oleh terbatasnya kekuasaan negara kota Yunani dan banyaknya bajak laut yang beroperasi di Mediterania.
Bajak Laut Cilicia yang Terkenal Kejam
Pada paruh kedua abad ke-2 SM, perompakan di Mediterania kembali menjadi masalah serius. Periode ini menyaksikan kebangkitan bajak laut Cilician yang terkenal kejam. Mereka dianggap sebagai kekuatan yang mengganggu kestabilan di Mediterania.
Wu menjelaskan, terdapat dua faktor utama yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bangkitnya bajak laut Cilician.
“Yang pertama adalah disintegrasi Kekaisaran Seleukia, yang telah menguasai perairan Mediterania Timur, sekitar tahun 150 SM. Kurangnya kontrol ini memungkinkan bajak laut Cilicia untuk mengisi kekosongan kekuasaan,” jelas Wu.
Kedua, Wu melanjutkan, “ada permintaan di kalangan elit Romawi akan budak untuk bekerja di perkebunan mereka di Italia, dan ini dipasok oleh bajak laut Cilicia.”