Kisah Spionase Penari Perut Mesir dalam Sejarah Perang Dunia II

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 11 Maret 2024 | 16:00 WIB
Sebagian penari perut memiliki peran yang tak terduga selama Perang Dunia II di Mesir: Mata-mata. (Via History Net)

Kejayaan Tari Perut di Era Badia Masabni

Potret Badia Masabni. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Orang asing yang mengunjungi Mesir akan selalu terpikat oleh pertunjukan tari perut yang mereka saksikan. 

Tari perut mengalami kebangkitan pada tahun 1920-an berkat kejeniusan Badia Masabni, yang dikenal sebagai Madame Badia.

Berasal dari Suriah, selama hidupnya Badia menguasai lima bahasa dan melakukan perjalanan ke banyak negara di seluruh dunia. 

Mengambil inspirasi dari pertunjukan kabaret Prancis, Badia menyadari bagaimana menciptakan gaya tari baru yang elegan dan menarik. Dia memadukan tradisi tari perut Mesir dengan sentuhan Barat.

Badia benar-benar melakukan perombakan yang sangat masif, mulai dari musik bernuansa orkestra, hingga kostum yang dihujani payet. Gaya tarinya pun lebih kaya dibandingkan versi pakem.

Dengan bakat bisnisnya, Badia mendirikan sebuah klub malam di Kairo yang disebut “Casino Opera” atau juga dikenal “Casino Badia”. 

Badia juga menjadikan tempat ini sebagai sanggar untuk melatih tarian gaya barunya kepada para gadis setempat. Tari perut gaya kabaret Mesir pun lahir.

Meskipun lukisan dan ilustrasi Barat dari abad ke-19 sering menggambarkan "penari oriental" dengan pakaian berwarna-warni dan perut telanjang, keyakinan agama membuat penari perut wanita di Mesir lebih banyak menutupi diri mereka dari waktu ke waktu. 

Syal pinggul yang penting masih dikenakan tetapi pinggang telanjang menjadi kurang umum dan gerakan tarian menjadi lebih terbatas seiring berjalannya waktu. 

Tari Perut dan Mata-Mata