Kisah Spionase Penari Perut Mesir dalam Sejarah Perang Dunia II

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 11 Maret 2024 | 16:00 WIB
Sebagian penari perut memiliki peran yang tak terduga selama Perang Dunia II di Mesir: Mata-mata. (Via History Net)

“Kabaret yang menawarkan pertunjukan tari perut menjadi magnet bagi pasukan Inggris yang bermarkas di Kairo sebelum dan selama Perang Dunia II,” kata Zita Ballinger Fletcher, dalam artikelnya pada laman History Net.

Opera Kasino Badia adalah salah satu tempat yang paling populer. Banyak orang-orang berpengaruh dan tentara Inggris datang untuk sekadar bersenang-senang–atau memata-matai.

Selama Perang Dunia II, banyak orang Mesir bersimpati pada Jerman karena ketidaksukaan mereka hidup di bawah pendudukan Inggris secara de facto.

Zita mengungkapkan, banyak wanita Mesir yang memanfaatkan kedekatannya dengan para pejabat sipil maupun militer Inggris untuk menjadi kepanjangan tangan agen intelijen Jerman. 

Mereka melakukan tindakan ini sebagai upaya memperjuangkan kemerdekaan Mesir dari cengkraman Inggris, terang Zita.

Tentu sangat beresiko, taruhanya menerima hukuman dari pihak berwenang Inggris. Seperti yang menimpa penari sohor Hekmet Fahmi.

Di masa kejayaanya, Fahmi merupakan murid emas nyonya Badia. Paras dan bakatnya dalam menari, memukau setiap mata yang memandang. Namun, semuanya berubah ketika dia tertuduh sebagai mata-mata.

Diduga, Fahmi mengantongi banyak informasi rahasia Inggris dari kekasihnya yang bekerja di lembaga Intelijen Inggiris, GCHQ. 

Karena tindakannya–yang belum tentu benar–pihak berwenang Inggris menjebloskan dirinya ke penjara selama dua tahun. Hukuman ini berimbas pada karirnya yang meredup dan tidak pernah bersinar lagi seperti sedia kala.

Badia sendiri dikabarkan terlibat dalam kegiatan spionase, meskipun untuk siapa ia memata-matai masih menjadi misteri.