Urdubegis, Prajurit Perempuan di Balik Tembok Harem Kekaisaran Mughal

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 23 Februari 2024 | 13:00 WIB
Urdubegis adalah para pejuang perempuan yang bertugas melindungi kaisar Mughal dan haremnya. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Urdubegis adalah sekelompok prajurit wanita di Kekaisaran Mughal, yang bertugas melindungi kaisar dan zenana, harem kaisar. Mereka dikenang karena kesetiaannya yang luar biasa.

Meskipun asal-usul pengawal wanita sudah ada sejak awal peradaban India, urdubegis pada dasarnya adalah ciptaan Mughal. Mereka segera menjadi prajurit yang paling ditakuti, bahkan oleh pangeran.

Sayangnya, tak banyak sumber mencatat detail urdubegis. Tidak diketahui alasan pastinya, namun kita masih bisa menjumpai satu nama anggota–yaitu  Bibi Fatima, yang namanya sering disebut dalam beberapa sumber–untuk mengetahui lebih lanjut pasukan ini.

Asal-usul

“Dimulai dari istana Chandragupta Maurya, kami memiliki dua teks penting yang menyebutkan kebutuhan akan pengawal perempuan,” kata Sejarawan Khadija Tauseef, dalam tulisnya di laman World History Encyclopedia.

Teks pertama berasal dari Megasthenes, seorang duta besar Yunani untuk istana Chandragupta Maurya (memerintah sekitar tahun 321 hingga 297 SM).

Khadija menjelaskan, bahwa Megasthenes kaget ketika pertama kali melihat wanita-wanita berada di sekitar raja Maurya untuk melindungi, terutama ketika ia sedang berburu.

“Para pemburu wanita menemani raja, mengendarai kereta kuda, kuda, dan gajah yang dilengkapi dengan senjata,” terang Khadija, sebagaimana Megasthenes laporkan.

Teks kedua adalah Arthashastra, yang ditulis oleh Kautilya (sekitar 350-275 SM), penasihat Chandragupta Maurya.

Melalui Arthashastra, Khadija menjabarkan, “Kautilya menekankan tentang perlunya penjaga wanita, mengingat maraknya pembunuhan terhadap raja-raja sebelumnya yang dilakukan di balik tembok harem.”

Antara tahun 340 dan 293 SM, sekelompok prajurit wanita lainnya dibentuk di bawah instruksi Kautilya. Mereka dikenal sebagai Visha Kanya (gadis-gadis beracun).

Para wanita ini telah dilatih sejak kecil dengan diberikan dosis racun secara bertahap. Harapannya, ketika beranjak dewasa, mereka akan kebal terhadap racun.

Para Visha Kenya, dengan paras cantiknya, akan merayu korban sebelum kemudian dibunuh. Mereka akan memberikan ciuman beracun kepada musuhnya. Hal ini mereka lakukan semata-mata untuk melindungi raja dari ancaman musuh.

Visha Kanya berasal dari India, tapi pengawal wanita lainnya mungkin dibawa dari Asia Tengah. Sayangnya, banyak sumber yang tidak menyebutkan latar belakang sosial para wanita bersenjata ini.

Mughal dan Harem

Pada bulan Juni 1492, Babur, di usia 12 tahunnya mewarisi Provinsi Ferghana (sebuah provinsi kecil tetapi subur di sekitar Uzbekistan modern).

Namun, karena kekacauan politik, dia harus kehilangan tahtanya dan pergi ke Kabul untuk mendirikan benteng pertahanan.

Kemudian pada 1505, dia melakukan perjalanan ke India untuk pertama kalinya, yang kemudian mengarah ke beberapa ekspedisi lainnya.

“Harem Babur adalah harem nomaden yang bepergian bersamanya selama ekspedisi-ekspedisinya,” jelas Khadija, “sehingga memastikan keamanan adalah suatu keharusan.”

Mungkin belajar dari para pengawal wanita raja-raja India sebelumnya, mereka membentuk urdubegis, sebuah kelompok khusus wanita yang tidak menggunakan parda (yang berarti kerudung), yang memungkinkan mereka untuk bergerak dengan mudah.

Di bawah kepemimpinan Akbar (1556-1605), harem memiliki kode etik yang akan mengaturnya hingga akhir Kekaisaran Mughal.

Dalam buku buku Magnificent Mughal, menjelaskan bahwa kehidupan di balik tembok zenana “sangat beragam, kompleks, dan berlapis-lapis seperti kehidupan di sebuah kota kecil.”

Karena meningkatnya jumlah penduduk, muncul kebutuhan akan orang-orang yang membantu menjaga kelancaran fungsi zenana.

Selain para kasim, ada pula pejabat wanita (yang sudah menikah dan sering tinggal di rumah mereka sendiri, jauh dari harem kekaisaran) seperti angas (ibu angkat), darogha (ibu rumah tangga), mahaldar (pengawas), dan urdubegi (pengawal wanita bersenjata).

Para wanita di harem mempraktikkan parda, atau kerudung, di depan semua pria kecuali kaisar. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Para urdubegis adalah para prajurit terlatih dan sering kali berasal dari suku-suku yang tidak mempraktikkan parda. Mereka dapat terlihat oleh para pria dalam kesempatan-kesempatan tertentu. 

Mereka dilatih dalam penggunaan semua senjata, seperti penggunaan busur, tombak, serta belati dan pedang pendek.

Dalam beberapa sumber, dijelaskan bahwa urdubegis merupakan pengawal raja yang paling ditakuti di kekaisaran, tak terkecuali sekelas pangeran.

Bibi Fatima

Sementara para kaisar Mughal telah meninggalkan catatan yang luas tentang kehidupan mereka, jarang sekali ada penyebutan tentang urdubegi.

Satu-satunya nama yang muncul dalam catatan adalah Bibi Fatima. Dia merupakan kepala pasukan wanita bersenjata pada masa pemerintahan Humayun (memerintah 1530-1540 dan 1555-1556) dan Akbar.

“Pengabdiannya selama masa pemerintahan Kaisar Humayun dicatat dalam Humayun-Nama, yang ditulis oleh saudara tirinya, Gulbadan Begum,” jelas Khadija.

Peran utama para urdubegis mungkin adalah untuk memberikan keamanan, “tetapi beberapa penyebutan dalam Humayun-Nama menunjukkan bahwa mereka mungkin juga dipercayakan dengan tugas-tugas lain.”

Pada tahun 1546, ketika Humayun jatuh sakit, hanya ada beberapa orang yang dipercaya di sekelilingnya untuk merawat pangeran muda tersebut.

Seperti yang ditulis oleh Putri Gulbadan: "Ia dikatakan tidak sadarkan diri selama empat hari. Ia dirawat oleh Māh-chūchak dan Bibi Fatima, seorang wanita bersenjata (ordū-begi) dari tanah haram.”

Tidak diketahui alasan pasti mengapa hanya nama Bibi Fatima yang disebut sepanjang pembahasan urdubegis. Apakah karena prajurit ini sangat tertutup? Atau karena kontribusi dari Bibi Fatima yang layak untuk disebutkan dan layak untuk diakui oleh generasi mendatang?