Nationalgeographic.co.id—Hiroo Onoda adalah tentara Jepang berpegang teguh pada perintahnya. Dia bertahan selama 29 tahun di hutan Filipina dan tidak menyadari bahwa sejarah Perang Dunia II telah berakhir.
Hiroo Onoda melanjutkan perjuangannya, tabah dalam perang yang sudah lama berakhir di seluruh dunia.
Kisahnya adalah tentang kesetiaan yang tak tergoyahkan, kelangsungan hidup melawan segala rintangan, dan keterputusan yang mengejutkan dari dunia yang berubah dengan cepat.
Onoda lahir pada tanggal 19 Maret 1922, Jepang. Kehidupan awalnya, tipikal pemuda Jepang awal abad ke-20, dibentuk oleh masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kesetiaan dan kewajiban.
Pada tahun 1940, pada usia 18 tahun, Onoda mendaftar di Tentara Kekaisaran Jepang. Selama menjadi tentara, Onoda menjalani pelatihan ketat, yang dirancang untuk menanamkan rasa disiplin yang kuat dan komitmen yang teguh kepada bangsa dan Kaisar.
Baca Juga: Perang Usai, Kenapa 3.500 Prajurit Perang Dunia II Masih 'Berpatroli'?
Baca Juga: Film 'Onoda', Kisah Nyata Gerilya Tentara Jepang Meski Perang Usai
Pada tahun 1944, ketika sejarah Perang Dunia II berkecamuk, nasib Onoda mengalami perubahan yang signifikan. Dia terpilih untuk pelatihan khusus di Sekolah Nakano, sebuah pusat pelatihan intelijen elit di Tokyo.
Di sini, Onoda dan orang-orang seperti dia dilatih dalam perang gerilya dan keterampilan bertahan hidup, sebuah kurikulum yang mencerminkan perubahan strategis Jepang dalam menanggapi perubahan gelombang perang.
Pelatihan ini menekankan pentingnya pengumpulan intelijen, sabotase, dan kemampuan untuk hidup di lingkungan yang tidak bersahabat dan terisolasi.
Keterampilan dan pola pikir yang dikembangkan selama periode ini di Sekolah Nakano nantinya menjadi penting bagi kelangsungan hidup Onoda di hutan Filipina.
Kenapa Hiroo Onoda ada di Pulau Lubang, Filipina?