Kisah pilu jantung Napoleon Bonaparte, sang tokoh sohor dalam sejarah dunia
Kisah jantung Shelley memiliki kisah romantis yang tidak wajar. Namun kisah jantung Napoleon memiliki akhir yang tidak romantis.
Pada bulan Mei 1821, jenazah Napoleon Bonaparte diautopsi selama dua hari sebelum diangkut dari St Helena ke Prancis. Napoleon telah meminta ususnya diawetkan dan diberikan kepada putranya. Ia juga memerintahkan agar jantungnya dikirimkan kepada istrinya, Permaisuri Marie-Louise.
Pada hari pertama proses pembalsaman berlangsung, pelayan Napoleon membangunkan ahli bedah.
Ia memberi tahu bahwa tikus terkenal di St Helena memakan jantung Napoleon. Diduga, ahli bedah meminta jantung domba untuk menggantikan jantung Napoleon.
Kisah jantung novelis sohor yang dimakan kucing
Ketika rumor beredar pada bulan Januari 1928 mengenai jantung novelis terkenal Inggris Thomas Hardy, banyak yang tidak percaya.
Abu Hardy akan ditempatkan di Poets’ Corner, Westminster Abbey. Namun pertama-tama, jandanya meminta agar jantungnya dapat diambil dan ditempatkan dalam guci kuningan yang dibuat khusus. Guci itu akan dimakamkan di Gereja St Michael, Stinsford, dekat Dorchester.
Ironisnya, ahli bedah yang melakukan autopsi menempatkan jantung tersebut di dalam kaleng biskuit untuk sementara.
Hal ini dilakukan sampai direktur pemakaman, Charles Hannah, tiba keesokan harinya dengan wadah yang dipesan khusus.
Ketika Hannah tiba dan melihat kaleng yang terbalik, dengan sebagian besar jantungnya hilang, dia diduga mencekik Cobby, pelakunya.
Cobby adalah kucing Persia favorit Hardy. Menempatkan kucing mati dengan sisa jantungnya di dalam kotak, Hannah meninggalkan kediaman Hardy. Diikuti oleh pelayat, ia melanjutkan ke St Michael's di mana isi kotak tersebut dikuburkan.
Pengawetan jantung dan penguburan masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini dilakukan terutama oleh mereka yang meminta tradisi kuno menguburkan diri di Tanah Suci atau tempat-tempat penting keagaman.
Namun bagi sebagian besar orang, praktik sentimental dan tidak wajar ini telah hilang.
Mungkin itulah salah satu alasan mengapa saat ini kita sangat terobsesi dengan segala sesuatu yang berbentuk hati.
Hati adalah sebuah isyarat simbolis terhadap tradisi yang hilang yang terpampang dalam kesadaran kolektif kita oleh para leluhur romantis kita.